Tanjung (Suara NTB) – Fraksi Golkar DPRD Kabupaten Lombok Utara (KLU) mendorong peringatan HUT KLU ke-17 21 Juli 2025 mendatang, dikemas merakyat. Bahkan, dalam serangkaian HUT dimana Panitia menyiapkan stan eksibisi, legislatif meminta lebih banyak melibatkan Pemerintah Desa.
“Sejalan dengan misi pemerintah daerah untuk membangun dari desa, kami Fraksi Golkar mendorong agar Panitia lebih banyak menyediakan ruang bagi Pemdes,” ungkap Wakil Ketua Fraksi Golkar DPRD Lombok Utara, M. Indra Darmaji Asmar, ST., Senin, 2 Juni 2025.
Ia menjelaskan, stand pameran yang disiapkan panitia agar diberikan kepada pemerintah desa, alih-alih diisi oleh dinas pemerintah. Menurut dia, STAN yang dikelola Panitia lebih efektif dimanfaatkan oleh Pemdes sebagai ruang promosi sekaligus penawaran setiap potensi desa.
“Potensi desa harus diperkenalkan lebih luas ke masyarakat, tidak hanya produk hasil industri UMKM, tetapi juga potensi lain seperti pertanian, perkebunan, pariwisata hingga kearifan lokal yang ada di desa itu.”
“Tugas pemerintah melalui Panitia adalah bagaimana menghadirkan lebih banyak masyarakat, termasuk WNA agar hadir dan melihat stan Pemdes tersebut,” sambungnya.
Darmaji menyebut, dorongan agar stand dikelola Pemdes tidak lepas dari antusiasme masyarakat. Saat dirinya menggelar reses masa sidang ke-II akhir bulan Mei tahun 2025 kemarin, dirinya mendapat banyak aspirasi agar konsep HUT dikemas partisipatif melibatkan masyarakat Desa.
Dirinya juga menilai selama perayaan HUT KLU, desain rangkaian acara bersifat normatif dengan berbagai pertandingan olahraga, gerak jalan, senam maupun Bhakti sosial lain. Pihaknya belum melihat adanya upaya pelibatan partisipatif pemerintah desa, sehingga ruang publik tersebut digunakan untuk mempromosikan potensi desa.
“Harapan kita Panitia memberi sentuhan berbeda, lebih-lebih pada usia yang kita anggap Sweet Seventeen (HUT ke-17). Saran kita agar Pemdes diberi kesempatan apalagi jumlah dinas dan desa hampir sama.”
“Termasuk yang berkenaan dengan panggung hiburan pada malam hari. Desa-desa diberi ruang untuk mengisi hiburan karena kita yakin tiap Desa memiliki seni dan budaya yang belum banyak dikenal publik,” tutupnya. (ari)