Dompu (Suara NTB) – Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Dompu mendorong semua elemen untuk terlibat sebagai Orang Tua Asuh (OTA) dalam mencegah peningkatan stunting di daerah. Naiknya kasus stunting di tahun 2024, harus menjadi atensi untuk meningkatkan sinergi semua elemen dalam upaya penuntasan kasus stunting di Dompu.
Hal itu disampaikan Plt Kepala DPPKB Kabupaten Dompu, Zulkarnain, S.Sos., Mp.H kepada Suara NTB, Rabu, 4 Juni 2025. “Saya pikir, untuk menekan kasus stunting kedepan dibutuhkan sinergi semua pihak. Dimulai dari institusi pemerintah yang membidangi itu. Kita di DPPKB tengah intens mendorong program Orang Tua Asuh Cegah Stunting (OTA Centing). Ketika semakin banyak orang tua asuh, maka akan semakin cepat kita atasi stunting,” kata Zulkarnain.
Gerakan orang tuas asuh ini menjadi jalan pintas untuk mencegah dan menurunkan kasus stunting di Dompu. DPPKB Dompu telah menjalankan program ini sejak Maret 2025 lalu melalui pembagian telur kepada setiap sasaran. Yaitu Bayi di bawah dua tahun (Baduta) dan Bayi Bawah Lima Tahun (Balita).
Penanganan stunting memerlukan pendekatan yang komprehensip dan multidisiplin. Yaitu peningkatan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan atau 2 tahun usia anak. Pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan berkembangan anak.
Pengobatan yang tepat ketika ada kondisi kesehatan yang mempengaruhi pertumbuhan. Pendidikan pola asuh bagi orang tua dan kesiapan orang tua dalam melahirkan. Serta peningkatan akses air bersih dan sanitasi.
“Usia seribu hari pertama kehidupan (HPK) atau baduta, merupakan periode krusial untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga harus diupayakan agar ada pasokan nutrisi yang baik. Kita pilih telur karena mengandung nutrisi yang tinggi dan protein yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,” ungkap Zulkarnain.
Ia pun berharap lebih banyak keluaga yang mampu di Dompu menjadi orang tua asuh. Karena telur yang dibagikan kepada keluarga yang memiliki anak balita sejak Maret lalu bersumber dari orang tua asuh.
DPPKB juga memiliki tenaga pendamping di setiap desa/kelurahan. Tenaga pendamping ini bersinergi dengan pemerintah desa, termasuk petugas Posyandu. “Sinergi inilah yang diharapkan dalam Upaya menekan kasus stunting dan didukung jajaran di atasnya,” harap Zulkarnain.
Sebelumnya, Kepala BKKBN Provinsi NTB mengungkapkan ada kenaikan kasus stunting di NTB berdasarkan data Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2024. Berdasarkan data ini, Kabupaten Dompu stuntingnya sebanyak 19,8 persen.
Sementara berdasarkan e-PPGBM atau elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat, angka stunting di Kabupaten Dompu juga mengalami peningkatan 1,3 persen dari 10,6 persen pada 2023 menjadi 11,9 persen pada 2024.
Untuk mengatasi stunting, selaku melalui program OTA Centing juga melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Yaitu dengan mengarahkan sasaran secara maksimal kepada ibu hamil, ibu menyusui, dan balita sebagai sasaran MBG. Dengan demikian, pemicu stunting bisa diatasi. (ula/*)