spot_img
Senin, Juni 16, 2025
spot_img
BerandaEKONOMIGubernur NTB Soroti Tingginya Angka Kemiskinan di Wilayah Pesisir

Gubernur NTB Soroti Tingginya Angka Kemiskinan di Wilayah Pesisir

Mataram (Suara NTB) – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. H. Lalu Muhammad Iqbal, menyoroti tingginya angka kemiskinan di wilayah pesisir provinsi tersebut. Berdasarkan data yang dikemukakan, lebih dari 50 persen penduduk miskin NTB berada di kawasan pesisir, mulai dari Ampenan, Sekotong, Awang, Tanjung Luar, hingga Sape.

Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Iqbal menegaskan bahwa strategi agromaritim akan menjadi kunci utama dalam upaya pengentasan kemiskinan, terutama di wilayah pesisir.

“Kemiskinan ekstrem, ketahanan pangan, dan pariwisata adalah tiga isu prioritas di NTB, dan semuanya berkaitan erat dengan sektor kelautan dan pesisir. Melalui strategi agromaritim, ketiga isu ini bisa ditangani secara bersamaan,” ujarnya, Senin, 9 Juni 2025.

Iqbal mengungkapkan bahwa sebagian besar nelayan di NTB merupakan nelayan pesisir yang hanya menangkap ikan karang, bukan nelayan laut dalam (ocean going) seperti di wilayah lain. Karena itu, Pemerintah Provinsi NTB akan fokus pada pengembangan budidaya perikanan sebagai alternatif yang lebih cocok.

“Arahnya di NTB lebih tepat ke budidaya. Masyarakat kita adalah masyarakat pantai, bukan pelaut seperti orang Bugis atau Buton. Mengubah kultur ini tidak mudah,” jelasnya.

Ia menambahkan, potensi budidaya perikanan di NTB sangat besar karena kualitas air laut yang baik dan sumber daya manusia yang melimpah. Hal ini memungkinkan penerapan sistem padat karya yang dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Namun, saat ini budidaya kelautan di NTB dinilai masih terbatas, terutama pada komoditas rumput laut dan udang vaname. Komoditas lain seperti ikan napoleon, kerapu, nila, dan lobster masih dalam tahap uji coba dan belum dikembangkan secara massal.

“Semua itu butuh ekosistem yang mendukung. Kita masih jauh dari skala industri yang ideal,” tambahnya.

Sebagai perbandingan, Iqbal menceritakan kisah keberhasilan Norwegia dalam mengembangkan budidaya ikan salmon yang kini menyumbang sekitar 30 persen terhadap perekonomian negara tersebut.

“Dulu mereka hidup dari berburu, tapi kemudian beralih ke budidaya salmon di laut dalam dan dingin demi menjaga kualitas. Itu yang membuat produk mereka unggul. Dari sana saya terinspirasi membangun visi-misi agromaritim,” ungkap Iqbal.

Dalam implementasinya, Iqbal menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan pendekatan berbasis sains. Ia menyebut akan melibatkan akademisi dan dunia usaha dalam proses perumusan kebijakan melalui pendekatan pentahelix.

“Ke depan, pendekatan sains sangat dibutuhkan. Kita akan libatkan akademisi dan dunia usaha,” tegasnya.

Ia juga mengungkapkan rencana untuk mengumumkan target spesifik di sektor maritim dalam waktu dekat, sembari mengubah paradigma perencanaan program yang selama ini didasarkan pada anggaran yang tersedia.

“Kita harus mulai dari kebutuhan, bukan dari anggaran. Tetapkan dulu apa yang kita mau capai, lalu cari anggarannya dari berbagai sumber,” pungkasnya. (bul)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -









VIDEO