Tanjung (Suara NTB) – Integrasi pertanian dengan pendekatan budidaya porang pada kawasan hutan adat, mendapat respons dari Masyarakat Adat Bayan. Lembaga Lang-lang Adat Bayan secara resmi memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Pembina Program Desa Sejahtera Astra (DSA), Prof. Ir. Suwardji, M.App.Sc., Ph.D., serta institusi Universitas Mataram (Unram) khususnya Fakultas Pertanian.
Bagi masyarakat adat di Kecamatan Bayan, pelestarian hutan adat dilakukan secara turun temurun oleh Pranata Adat melalui representasi lembaga Lang-lang Hutan Adat. Dalam mengelola dan menjaga hutan, Lang-lang mendasarkan pada nilai-nilai lokal dan aturan adat yang disebut “awig-awig”.
Hutan adat memiliki peran besar, tidak hanya bagi manusia tetapi juga keberlangsungan lingkungan hidup. Selain sebagai sumber air dan pelindung keanekaragaman hayati, hutan adat menyediakan berbagai kebutuhan hidup masyarakat adat, berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem lokal, hingga mendukung keberlanjutan ekonomi masyarakat.
Oleh karena itulah, masuknya program DSA Astra yang dibiayai oleh CSR PT. Astra Internasional Tbk, mendapat tanggapan positif warga. Sebab dalam programnya, Prof. Suwardji dan jajaran, mengembangkan budidaya porang menyatu dengan pelestarian Hutan Adat Bayan.
Ketua Lang-lang Adat Bayan sekaligus PemekelAdat Wet Karang Bajo, Nikrana, secara terbuka menyampaikan terima kasih atas kepedulian Fakultas Pertanian – Unram yang terlibat menjaga kelestarian lingkungan, menjaga budaya dan ritual ritual adat.
“Dalam praktik lapangan, bersama para petani lingkar Rinjani sudah melakukan sesuai visi misi dari lembaga Lang Lang Adat Bayan, Seperti Ritual Membangar yang di selenggarakan di wilayah Desa Andalan Wet Kembekalan Batu Gembung. kedua Acara Launching Exspor Perdana Porang yg dimana tema Budaya pun di angkat dengan Mengedepankan Pakaian adat Bayan,” papar Nikrana, Senin, 16 Juni 2025.
Tak kalah penting menurut dia, pembinaan yang dilakukan Guru Besar Unram ini adalah melakukan edukasi dan sosialisasi terkait menjaga lingkungan. Masyarakat Adat memiliki tambahan pemahaman proses pembibitan dan budidaya Porang dan tanaman pelindung seperti Durian. Konsep pertanian di kawasan Hutan Adat ini memberi dampak langsung pada ekonomi masyarakat Adat.
“Petani di desa penyangga Rinjani dari ujung Timur hingga ujung Barat Kecamatan Bayan yang terdiri dari Desa Sambik Elen, Loloan, Senaru, Batu Rakit dan Desa Akar-Akar, memiliki harapan jangka panjang,” sambungnya.
Hal senada dikatakan Dewan Pengarah Lang-lang Adat Bayan, Raden Sawinggih, di mana masyarakat adat terbentuk dari kondisi alam lestari dan masyarakatnya yang guyub. Sehingga untuk mewujudkan itu semua, ia berharap lebih banyak peran dari stakeholder lain dalam mendukung pelestarian Hutan Adat Bayan.
“Pelestarian hutan dalam rangka mendukung ketahanan pangan dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki dan dihasilkan oleh masyarakat, menentukan bagi masa depan. Pihak Unram selama ini telah terbukti dan teruji dalam mengembangkan hal tersebut melalui kehadiran Prof. Suwardji di tengah-tengah masyarakat adat Bayan,” tandasnya.
Sementara, Pembina Petani Porang, Prof. Suwardji, mengaku terharu pengabdiannya mendapat pengakuan tulis dari Masyarakat Adat Bayan. Ia tidak pernah membayangkan bahwa kebersamaannya dengan Petani Adat mendapat pengamatan dan penilaian oleh para tokoh Adat. “Ini suatu kehormatan bagi saya. Penghargaan ini bukan untuk saya saja, melainkan untuk institutusi, Universitas Mataram,” ungkap Suwardji. (ari)