Dompu (Suara NTB) – Seorang siswa di MTsN 2 Dompu di Desa Ranggo, Kecamatan Pajo terpaksa tidak diluluskan tahun 2025 ini. Dalam beberapa bulan terakhir, termasuk saat ujian akhir tidak diikutinya. Siswa tersebut enggan sekolah karena merasa senang menerima uang dari ikut menambang di tambang rakyat Desa Ranggo.
Hal itu disampaikan Plt Kepala MTsN 2 Dompu, Haerunnisa, S.Pd dalam pertemuan dengan kepala desa dan Muspika Pajo, Selasa, 17 Juni 2025. Haerunnisa berharap, para kepala desa dan Muspika Pajo bisa memberikan perhatian Pendidikan bagi generasi Dompu yang ada di Kecamatan Pajo. Banyak anak – anak yang tidak terurus pendidikannya akibat ditinggal orang tuanya karena menjadi TKI dan bercerai.
“Anak – anak ini terpaksa tinggal Bersama neneknya atau keluarganya, bahkan dititipkan di tetangganya, sehingga tidak bisa dikontrol perkembangannya,” ungkap Haerunnisa.
Salah satu siswanya tahun 2025 ini, Haerunnisa mengaku, terpaksa tidak diluluskan karena dalam beberapa bulan terakhir tidak masuk sekolah dan belajar. Bahkan saat ujian, tidak hadir sejak awal. Pihak sekolah Bersama gurunya sempat mendatangi di rumahnya karena ingin didaftarkan pada ujian susulan.
“Tapi anaknya tidak mau ikut. Dia lebih suka masuk ke lubang (tambang rakyat di Ranggo). Mungkin karena menerima uang banyak sesaat itu. Tapi ini cukup memprihatinkan,” ungkapnya.
Haerunnisa berharap, jajaran keamanan bisa terlibat dalam menertibkan anak – anak Pajo untuk masa depan lebih baik. Itu dimulai dari pergaulan dan Pendidikan yang baik sejak dini. “Mungkin bisa diaktifkan Kembali patrol di jam sekolah. Dengan keterlibatan keamanan, seperti yang dilakukan KDM di Jawa Barat, saya piker anak – anak ini akan lebih sungkan,” harapnya.
Camat Pajo, Imran, SE pada kesempatan yang sama, mengingatkan, masalah Pendidikan tidak hanya menjadi tanggungjawab sekolah. Tapi harus menjadi tanggungjawab bersama, baik pihak sekolah, pemerintah, Masyarakat dan utamanya orang tua.
“Anak – anak kita sekarang cukup memprihatinkan, ini harus menjadi perhatian bersama kita. Saya sebagai camat, sering ingatkan untuk keluyuran malam. Saat itu, mereka ikuti. Tapi besok, Kembali lagi,” katanya.
Ia juga menemukan siswa kelas 2 SMP yang memesan di aplikasi pembelian online alat kontrasepsi. Ini cukup memprihatinkan. “Makanya, masalah Pendidikan ini harus kita duduk Bersama termasuk dengan jajaran pemerintah desa,” katanya. (ula)