spot_img
Selasa, Juli 8, 2025
spot_img
BerandaNTBDOMPUDompu Temukan 319 Kasus Positif TBC pada 2025

Dompu Temukan 319 Kasus Positif TBC pada 2025

Dompu (Suara NTB) – Provinsi NTB berada di urutan kedua dengan kasus Tuberculosis tertinggi di Indonesia. Kabupaten Dompu pada tahun 2025 ini mencatatkan sebanyak 319 kasus positif TB dari 2.884 orang yang diperiksa.

Anggapan TBC sebagai aib dan kekurangsadaran masyarakat terhadap penyakit ini membuat warga menyepelekannya, sehingga enggan minum obat. Akibatnya, pertumbuhan dan penyebaran penyakit semakin cepat.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, Hj. Maria Ulfah, SST., M.Kes saat dikonfirmasi, Senin, 30 Juni 2025 mengakui, pada tahun 2025 ini ada 319 kasus positif TBC hasil skrening yang dilakukan tim di lapangan. Mereka yang positif ini dilakukan pendampingan untuk minum obat secara teratur oleh keluarga terdekat. “Kunci kesembuhan TBC ada pada kedisiplinan pasien menkonsumsi obat dalam jangka waktu tertentu,” katanya.

Selain pendampingan pasien dalam minum obat, petugas juga melakukan traking kontak keluarga pasien yang positif TB dan srining pada pasien bergejala, visitasi dokter spesialis paru pada desa tinggi kasus TB, dan pemberian therapi pencegahan TBC pada kontak erat yang hasil tuberkulinnya reaktif. “Ini diantara Langkah yang kami lakukan selama ini dalam mendeteksi dan mencegah penyebaran penyakit TB,” jelasnya.

Pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu, lanjut Maria Ulfa, sejak 2023 telah melibatkan lintas sektor dalam mendeteksi penyakit TB di tengah Masyarakat. Terlebih penanggulangan TBC masuk dalam standar pelayanan minimum (SPM) Kesehatan.

Berbagai inovasi yang dilakukan, Dompu berhasil meningkatkan sasaran skrining terduga TBC dari tahun ketahun. Peningkatan skrining ini diikuti dengan penyembuhan, kendati masih ada yang membutuhkan pelibatan lintas sektor untuk mendisiplinkan pasien dalam menkonsumsi obat dan menjaga agar tidak menyebarkan penyakit ke lingkungan sekitar.

Hj. Maria Ulfah berharap, pemerintah desa bisa memberikan perhatian dalam pencegahan dan pengobatan kasus TBC di wilayahnya. Anggaran ini untuk kegiatan sosialisasi dan kader pendamping minum obat (PMO) pada pasien positif. “Walaupun tidak banyak penderita positif TBC yang tidak teratur minim obat selama 6 bulan, tapi kasusnya ada. Ini yang kita hindari agar tidak terjadi kekebalan obat,” harapnya. (ula)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO