Mataram (Suara NTB) – Pascasarjana Universitas Mataram (Unram) menggelar seminar nasional bertempat di Hotel Prime Park, pada Kamis 23 Juli 2025. Seminar nasional ini bertujuan untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan demi terwujudnya kedaulatan pangan dan energi.
Direktur Pascasarjana Unram, Aliefman Hakim ditemui di Mataram mengatakan, seminar nasional ini merupakan salah satu program kerja dari Pascasarjana Unram. Kemudian pada Oktober mendatang Pascarsarjana Unram juga akan menyelenggarakan seminar internasonal.
“Pascasarjana itu kan multi disiplin. Jadi banyak bidang ilmu. Salah satunya sekarang pertanian. Yang kita angkat sesuai dengan visi-misi pemerintah. Mewujudkan kedaulatan pangan dan kedaulatan energi,” ujarnya.
Seminar nasional itu juga turut dihadiri oleh Pemerintah Provinsi NTB yang diwakili Kadis Ketahanan Pangan (DKP), Dr. H. Aidy Furqan, MPd., Rektor Unram, Tenaga Ahli Kementerian Pertanian RI, Direktur Pascasarjana, dan jajaran pimpinan pascasarjana Unram lainnya.
Adapun tema yang diangkat pada seminar kali ini yakni berkaitan dengan teknologi ramah lingkungan untuk menunjang ketahanan pangan juga energi. Menurutnya, alasan Pascasarjana Unram mengangkat tema soal kedaulatan pangan dan energi adalah menyesuaikan dengan tema global saat ini.
“Sekarang ini kan kecenderungan global itu menggunakan yang ramah lingkungan. Jadi itu kenapa kami mengangkat tema “Pengembangan Teknologi Ramah Lingkungan untuk Ketahanan Pangan dan Energi”,” jelasnya.
Aliefman berharap, dari kegiatan seminar nasional ini ada gagasan yang lahir untuk mendukung salah satu asta cita pemerintah Prabowo Subianto dan juga bagi pemerintah daerah di NTB.
Sebagai informasi, Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Pascasarjana Unram ini diikuti oleh sekitar 206 peserta dan pemakalah yang berasal dari mahasiswa baik di dalam maupun di luar NTB.
Wakil Direktur I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Pascasarjana Unram, Farid Hemon mengatakan para peserta dan pemakalah yang mengikuti seminar ini berasal dari berbagai universitas di Indonesia. Mulai dari IPB, Universitas Andalas, Unhas, dan universitas-universitas ternama lainnya.
“Jadi begitu banyak antusias kawan-kawan ini. Memang ini kami sengaja merancang di tanggal (24/7/2025) ini karena kita ini kan istilahnya high session. Jadi bagaimana orang sesungguhnya bukan hanya datang seminar, tapi ingin juga menikmati pariwisata. Sehingga kami berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata NTB untuk bagaimana orang datang seminar tapi sekaligus berpariwisata memberikan income (pemasukan) untuk Pemerintah NTB,” ujarnya.
Dalam seminar tersebut, para peserta dan pemakalah nantinya akan mengikuti sesi seminar paralel. Di mana, penyelenggara akan menyiapkan delapan kelas dengan berbagai macam sub tema yang akan dibahas.
“Masing-masing kelas itu kita bagi. Ada energi, ada yang bagian pertanian, ada yang bagian pertenakan, ada yang bagian perikanan, ada yang bagian pariwisata, ada yang bagian pendidikan. Ada yang bagian mitigasi bencana. Jadi masing-masing kelas itu ditampilkan sub tema dan akan membahas itu,” terangnya.
Senada dengan apa yang disampaikan Direktur Pascasarjana Unram, Farid juga berharap seminar ini dapat memberikan kontribusi positif baik kepada Pemerintah Pusat dan Daerah. Seperti yang dikatakan tadi. Selama ini kita memang banyak mengimpor. Energi kita juga menitikberatkan kepada energi fuel atau minyak ya. Sekarang alternatif kita bagaimana memecah masalah itu dengan menggunakan alternatif-alternatif energi,” jelasnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Kementan RI, Prof. Andi Muhammad Syakir yang juga menjadi Keynote Speaker dalam seminar tersebut menjelaskan, tema pertanian dan lingkungan seperti dua sisi mata uang.. Kedua tema terrsebut harus bergandengan. “Ke depan ini bahwa bagaimanapun juga survive suatu pertanian itu harus didukung oleh daya dukung lingkungan yang baik. Itu dari segi mengoptimalkan potensi transpormasi potensi genetic ke potensi agronomi dari suatu pertanaman dalam arti luas. Bahwa perlu didukung oleh daya dukung lingkungan,” jelasnya.
Menurutnya, ke depan tidak saja produktivitas pertanian yang harus diefisiensi. Efisiensi diperlukan oleh daya dukung lingkungan. “Belum lagi berbicara masalah produksi perkembangan dunia sekarang ilmu pengetahuan dan kesadaran masalah Kesehatan tentunya produknya juga harus ramah lingkungan. Sehingga tema ini adalah tema yang tren yang menjadi tema dunia. Oleh karena itu Indonesia harus memegang peran. Apalagi sekarang ini presiden kita Pak Prabowo konsern terhadap pembangunan pertanian dan ini perlu diberikan daya dukung untuk meningkatkan daya saing keunggulan komparatif dan kompetitif produk pertanian Indonesia,” tandasnya. (sib/*)

