spot_img
Selasa, November 18, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK UTARAEdukasi Muslimat NU Melawan Stunting, Orang Tua Tidak Dianjurkan Beri Susu Kental...

Edukasi Muslimat NU Melawan Stunting, Orang Tua Tidak Dianjurkan Beri Susu Kental Manis pada Anak

Tanjung (Suara NTB) – Para orang tua di Kabupaten Lombok Utara (KLU) tidak dianjurkan untuk memberi Susu Kental Manis (SKM) pada anak. Produk tersebut disebut mengandung kadar gula tinggi, sehingga pemberian pada anak memiliki dampak negatif berupa obesitas (kegemukan), gizi buruk, hingga berat badan anak menjadi kurus.

Anjuran tersebut merupakan salah satu poin substansi sosialisasi dan edukasi yang digalang Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), YAICI dan Dikes Kabupaten Lombok Utara, Kamis, 29 Agustus 2025.

Dalam pemaparannya para narasumber dikatakan, SKM mengandung gula dan lemaknya yang tinggi, namun nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh lebih sedikit dibandingkan susu murni atau susu formula. Konsumsi yang sering dapat menimbulkan beragam risiko. Tidak hanya obesitas, kurus dan gizi buruk, tetapi juga risiko gigi berlubang, resistensi insulin yang dapat berkembang menjadi diabetes tipe 2 di kemudian hari, dan gangguan pada kerja ginjal karena harus bekerja lebih keras menyaring gula dan garam.

“SKM juga dapat menyebabkan anak batuk karena lendir yang tertinggal di tenggorokan, tetapi potensi menggantikan peran ASI/susu formula yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan daya tahan tubuh, tidak optimal,” ungkap Ketua III Dewan Pembina PP Muslimat NU, dr. Erna Yulia Sofihara.

Untuk diketahui, Organisasi Wanita Muslimat NU sudah berpartisipasi dalam berbagai program pemerintah di berbagai daerah di Indonesia. Selain membangun pondok pesantren, Muslimat NU juga fokus pada program sosial dan kesehatan.

Pada program edukasi kali ini, Muslimat NU melakukan kunjungan ke warga terindikasi stunting dan gizi buruk. Keluarga penderita dilakukan wawancara berkaitan dengan pola asuh, pola makan anak dan aspek lainnya.

“Tantangan pada prinsip sama, yaitu menghadapi latar belakang ibu dengan beragam pendidikan. Ada anggapan ibu hamil tidak boleh makan daging, tapi boleh makan kacang-kacangan. Itu mitos turun temurun, dan mengubah perilaku itu memang cukup sulit,” sambung dr. Erna.

Ia menambahkan, Muslimat NU siap menjadi mitra strategis pemerintah daerah Lombok Utara dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Tidak hanya melalui kegiatan edukasi, namun PP Muslimat NU juga mendorong para kadernya di daerah untuk berpartisipasi menjadi ibu asuh anak stunting. Sebanyak lebih dari 20 kader Muslimat NU di wilayah KLU akan menjadi pendamping keluarga dalam menyediakan asupan gizi yang seimbang.

Sekda KLU, Anding Duwi Cahayadi, S.STP., MM., mengungkapkan prevalensi stunting di KLU masih tinggi. Angka ini harus terus diturunkan hingga tidak ada lagi kasus yang tercatat. Kendati cukup sulit, namun dengan dukungan berbagai pihak, ia optimis, kesehatan anak akan lebih baik.

Sekda KLU mendukung setiap program edukasi yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat, termasuk memperbaiki kebiasaan masyarakat yang masih memberikan kental manis sebagai minuman susu untuk balita.

“Di sini memang informasi sangat terbatas. Masyarakat mengira kental manis itu memang kandungannya susu.  Selain itu masih menjadi pertimbangan utama masyarakat adalah saat dicoba ke anak dan rasanya enak. Persoalan apa yang terjadi setelahnya masyarakat belum peduli. Jadi memang pengetahuan masyarakat harus ditingkatkan,” tambah Anding.

Sekda juga tak menampik, tantangan menghilangkan kasus stunting cukup berat karena tingginya angka kemiskinan dan masih adanya kasus pernikahan di kalangan anak di bawah umur. Oleh karena, iya juga mengajak seluruh elemen untuk turut mengintervensi dua poin persoalan tersebut.

Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Kesehatan KLU dr.  Bahrudin M Kes, mengatakan sosialisasi tentang susu untuk masyarakat harus dilakukan secara masif. Apalagi kental manis masih dianggap sebagai minuman susu oleh masyarakat, dan dapat meningkatkan risiko penyakit tidak menular seperti diabetes, obesitas dan hipertensi pada anak kelak.

“Kita secara masif harus mensosialisasikan kepada masyarakat bahaya makanan dan minuman tinggi gula termasuk kental manis ini komposisinya (kandungan gizinya) jauh sekali dibanding susu lainnya. Gulanya lebih 50 persen, dan gula ini secara kesehatan tidak baik, sangat berpengaruh pada trend penyakit tidak menular,” jelas Bahrudin.

Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh jajaran pemerintahan KLU adalah optimalisasi Posyandu Stunting.

“Sebagai bentuk komitmen bersama, kami mengajak untuk menjaga anak-anak kita sebagai investasi bersama. Edukasi, sosialisasi dan pahami arti gizi seimbang agar sehat tetap harus dilakukan,” demikian Bahrudin. (ari)

IKLAN










RELATED ARTICLES
- Advertisment -







VIDEO