Mataram (suarantb.com) – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi NTB menggelar rapat strategis bertajuk “Advokasi Pelestarian dan Pendokumentasian Budaya Lokal untuk Generasi Masa Depan”, Senin, 22 September 2025.
Rapat ini dipimpin langsung Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi NTB, Dr. H. Ashari, S.H., M.H., dengan menghadirkan perwakilan tokoh masyarakat adat Dr. H. Lalu Sajim Sastrawan, akademisi pemerhati budaya, Prof. Dr. H. Jamaludin, MA., Lalu Prima Wira Putra, pemuda yang aktif dalam pelestarian budaya, AS Rosyid dan Lalu Muhamad Fatah (Lembah Hijau).
Dalam rapat ini, selain membahas inventarisasi budaya, pendokumentasian multi-format, serta digitalisasi melalui portal budaya daerah. Rapat ini juga menyoroti keberanian dalam penguatan struktur dan kultur kelembagaan dan mendorong lahirnya sebuah gerakan sosial budaya baru.

Salah satu pembahasan yang mengemuka adalah menjadikan kajian Babad Lombok dari manuskrip dan naskah kuno sebagai titik awal gerakan ini. Kajian tersebut akan dilakukan secara ilmiah untuk mengalih informasi menjadi fakta, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara historis sekaligus memiliki relevansi dengan konteks kekinian.
Menuju Policy Brief Ekonomi dan Sosial
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi NTB H. Ashari menyampaikan kajian budaya, khususnya dari Babad Lombok, diharapkan tidak hanya berhenti pada pelestarian sejarah. Tetapi juga menjadi dasar penyusunan policy brief yang menekankan dimensi ekonomi dan sosial.
“Dengan mengkaji Babad Lombok secara ilmiah, kita bisa menemukan nilai-nilai sosial, ekonomi, bahkan pola interaksi masyarakat masa lalu yang masih relevan. Ini bisa kita jadikan policy brief yang berdampak langsung pada penguatan identitas dan daya saing generasi muda sesuai perkembangan zaman,” ujarnya.
Generasi muda akan menjadi pewaris aktif yang tidak hanya menjaga budaya. Namun, juga mengolahnya menjadi inspirasi inovasi sosial, ekonomi kreatif, dan literasi digital. Dengan cara ini, budaya lokal NTB bukan hanya arsip yang tersimpan, melainkan sumber ide dan kekuatan pembangunan berkelanjutan.
Rapat menghasilkan kesepakatan pembentukan Forum Kolaborasi Pelestarian Budaya NTB yang melibatkan unsur pemerintah, perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga adat, LSM/NGO, serta komunitas pemuda.
Forum ini akan mengawal agenda pendokumentasian budaya, digitalisasi naskah kuno, dan penyusunan policy brief berbasis budaya untuk disampaikan kepada pengambil kebijakan di tingkat daerah maupun nasional.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan NTB, ujarnya, menegaskan komitmennya untuk menjadikan budaya sebagai pilar pembangunan daerah. Melalui keberanian memperkuat struktur, menghidupkan gerakan sosial, serta mengkaji manuskrip budaya seperti Babad Lombok. ‘’NTB ingin memastikan bahwa warisan leluhur dapat menjadi inspirasi sekaligus solusi nyata bagi tantangan generasi masa kini dan mendatang,’’ tegasnya. (ham)


