Mataram (Suara NTB) – Direktur Utama Perum Bulog, Rizal Ramdhani, menegaskan bahwa Nusa Tenggara Barat (NTB) akan menjadi salah satu daerah prioritas dalam program penyerapan jagung dan gabah nasional tahun 2025.
Bulog menargetkan penyerapaan hingga 1 juta ton jagung secara nasional hingga akhir Desember 2025. NTB diproyeksikan memberi kontribusi signifikan, mengingat provinsi ini merupakan salah satu sentra produksi jagung terbesar di Indonesia.
Dalam kunjungan kerjanya ke NTB pada Rabu, 24 September 2025, Rizal Ramdhani bersama Pimpinan Wilayah Bulog NTB, Mara Kamin Siregar, bertemu dengan Gubernur NTB, Dr. H. Lalu Muhamad Iqbal, untuk membahas langkah strategis terkait penyerapan hasil panen petani.
“Produksi jagung NTB luar biasa, sehingga kami prioritaskan untuk diserap oleh Bulog. Kami sudah bertemu dengan Gubernur NTB untuk memastikan strategi ke depan berjalan optimal,” ujar Rizal.
Hingga saat ini, serapan jagung nasional baru mencapai sekitar 100 ribu ton. Untuk itu, Rizal mengimbau para petani di NTB untuk tidak ragu menjual hasil panennya ke Bulog. “Kami pastikan hasil panen petani NTB akan dibeli Bulog dengan harga pembelian pemerintah (HPP),” tegasnya.
Selain jagung, Bulog juga terus menyerap gabah kering panen (GKP). Meski target awal sebesar 3 juta ton gabah telah tercapai per Agustus 2025, Badan Pangan Nasional kembali menugaskan Bulog untuk melakukan penyerapan tambahan.
“Petani tidak perlu khawatir. Bulog tetap menyerap gabah dengan harga Rp6.500 per kilogram, sesuai ketetapan pemerintah,” jelas mantan Danrem 162/WB ini. Rizal juga mengingatkan agar petani menjual gabah dalam kondisi matang panen guna menjaga kualitas beras yang dihasilkan.
Salah satu tantangan dalam penyerapan hasil panen di NTB adalah terbatasnya kapasitas gudang penyimpanan. Untuk mengatasinya, Bulog mendapat dukungan dari Polri, termasuk pembangunan gudang jagung di beberapa Polda wilayah sentra produksi — tiga di antaranya berada di NTB.
“Gudang-gudang ini akan segera dimanfaatkan setelah ada mekanisme kerja sama resmi dengan Polri,” ujar Rizal.
Ke depan, penyerapan juga akan melibatkan berbagai elemen, mulai dari TNI-Polri, perangkat desa, hingga generasi muda seperti karang taruna. Bahkan, distribusi hasil panen akan diarahkan melalui koperasi desa. “Pintu penyerapan akan diarahkan ke Koperasi Merah Putih. Petani menjual ke koperasi, lalu Bulog membeli dari koperasi. Ini akan menghidupkan kelembagaan desa,” jelasnya.
Melalui strategi penyerapan terintegrasi ini, Bulog berharap dapat menjaga stabilitas harga pangan, memperkuat ketahanan pangan nasional, dan yang terpenting, meningkatkan kesejahteraan petani. “Harapan kami, petani tenang, produksi terserap, dan kesejahteraan mereka meningkat,” pungkas Rizal. (bul)

