Mataram (suarantb.com) – Universitas Mataram (Unram) baru saja mewisuda 2.328 lulusan Doktoral, Magister, Sarjana, Diploma hingga Profesi, periode 2025/2026, Rabu (8/10/2025). Di antara ribuan lulusan itu, ada kisah menarik dari seorang mahasiswi yang menginspirasi.
Nina Triana adalah seorang mahasiswa program doktoral Fakultas Hukum (FH) Unram yang kini telah menyanding gelar Doktor Ilmu Hukum. Nina sapaan akrabnya, berhasil menamatkan program doktoralnya dalam waktu dua tahun sepuluh bulan.
Dalam waktu yang relatif singkat itu, Nina berhasil merampungkan disertasinya. Perempuan kelahiran Jakarta 2 Agustus 1973 itu mengambil judul “Konstruksi perlindungan jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi pekerja Rentan sebagai pemenuhan hak Fundamental”
Disertasi itu kemudian membawanya meraih predikat cumlaude dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98.
Bagi Nina, disertasinya itu bukan sekadar tulisan mati yang mengambang di atas kertas, tapi buah pikiran yang diharapkan dapat berkontribusi bagi kesejahteraan orang banyak.
“Disertasi saya ini adalah bagaimana memperhatikan kesejahteraan rakyat maupun masyarakat bawah. Bagaimana kita memberikan perlindungan kepada tenaga kerja khususnya petani, nelayan, dan banyak segmen yang memang belum terlindungi selama ini,” ujarnya.
Tema karya ilmiah yang diambilnya juga sejalan dengan jabatan yang tengah diemban. Saat ini, Nina menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Ketransmigrasian pada Disnakertrans NTB.
Posisinya sebagai pegawai pemerintahan tak pelak memunculkan beragam kendala saat menjalani perkuliahan. Nina mengungkapkan bahwa tak jarang jadwal pekerjaan dan perkuliahan bentrokan. Ia bercerita bahwa suatu ketika dirinya diminta menghadiri acara penting pemerintahan. Tapi, di satu sisi perkuliahan juga tengah menantinya.
“Saya (harus) lari-lari. Karena habis apel pagi saya juga langsung ke kampus. Karena kuliah S3 itu bukan hanya absen saja, tapi benar-benar harus datang (belajar),” tuturnya.
Selain sebagai pegawai pemerintahan, Nina juga aktif sebagai dosen praktisi Mata Kuliah Hukum Ketenagakerjaan di FH Unram. Dalam satu minggu Nina bisa mengajar dua kali.
Semua kepadatan yang dijalani Nina sebagai pelayan masyarakat, seorang mahasiswa, dan pengajar itu dilaluinya dengan lapang dada.
Baginya, kuliah tidak hanya sekadar mendapat gelar, melainkan suatu keharusan bagi setiap orang. “Sekolah itu bagi saya itu adalah sebuah kebutuhan. Jadi saya harus bisa mencapainya. Sejak S1 saya sudah ingin sekali mencapai kalau bisa S2 terus kemudian S3, walaupun saya bukan dosen,” tuturnya.
Meski sudah menorehkan nilai tinggi dan menyabet predikat cumlaude, Nina mengaku bahwa tujuan utamanya berkuliah justru bukan prestise tersebut. Lebih dari itu, ia ingin membuktikan bahwa usaha yang gigih dapat menembus batas kemustahilan.
Ia berpesan kepada semua orang, terutama bagi mahasiswa yang tengah menjalani proses perkuliahan agar tak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan.
Baginya, kepatuhan mengikuti arahan serta masukkan dari dosen juga menjadi kunci keberhasilan. “Kalau kita misalnya punya pendapat lain silakan kemukakan argumen tapi, apapun itu ikuti kata dosen. Kalau saya kuncinya itu,” pesannya.
Nina juga berharap, mahasiswa yang baru menyelesaikan masa studinya agar segera mendapatkan pekerjaan yang layak. Karena menurutnya, sangat sulit mendapatkan pekerjaan saat ini.
Cerita Nina menempuh pendidikan tinggi di tengah jadwal ke sana-ke mari bukan kisah fiksi. Kegigihan dan keuletannya dalam menjalani setiap sendi kehidupan adalah cerita yang harus dibaca dan menjadi contoh bagi setiap orang. (sib/*)

