spot_img
Sabtu, November 15, 2025
spot_img
BerandaNTBLOMBOK BARATTunggakan Klaim BPJS di RSUD Tripat Tembus Rp4,6 Miliar

Tunggakan Klaim BPJS di RSUD Tripat Tembus Rp4,6 Miliar

Giri Menang (Suara NTB) – Tunggakan klaim yang belum dibayarkan pihak BPJS ke RSUD Patut Patuh Patju (Tripat) Lombok Barat (Lobar) tembus Rp4,6 miliar lebih. Tunggakan klaim ini terhitung selama empat bulan, yakni Mei, Juni dan Agustus.

Pihak RSUD berharap BPJS menempatkan petugas verifikator di RSUD untuk percepatan verifikasi, sebab pihak rumah sakit telah melakukan upaya percepatan pengajuan dengan membentuk Tim Sijap (Sistem Informasi Jaminan Pembiayaan).

Direktur RSUD Tripat dr Suriyadi, menerangkan jumlah tunggakan BPJS yang belum dibayar ke RSUD mencapai Rp4,6 miliar selama tiga bulan, masing-masing Rp1,9 miliar pada Bulan Maret, Rp1,4 bulan April dan Bulan Mei sebesar Rp1,3 miliar.

“Totalnya 4,6 miliar,” sebut Suriyadi, kemarin.

Tunggakan BPJS ini bukan pada bulan berjalan, namun pada bulan sebelum-sebelumnya. Untuk pembayaran ini, pihak RSUD perlu mengajukan lagi ke BPJS. Pengajuan klaim ini diverifikasi lagi, mana yang dianggap memenuhi syarat dibayar klaimnya.  Jika ada kekurangan berkas, itu dilengkapi oleh tim RSUD.

Untuk percepatan pengajuan klaim sudah dilakukan pihaknya dengan membentuk Tim Sijap. Tim ini bekerja lembur melengkapi syarat yang diajukan untuk klaim ke BPJS. Adanya tim ini, pengajuan klaim ke BPJS jauh lebih cepat saat ini. Dimana pihaknya menargetkan sebelum tanggal 5 pada bulan berjalan pengajuan klaim sudah selesai, sehingga klaim bisa tepat waktu klaim pada akhir bulan.

Pihaknya meminta agar ada petugas BPJS di RSUD melayani proses verifikasi klaim ini, namun kendalanya kekurangan SDM, sehingga pihak RSUD mengurus verifikasi internal, bisa langsung diverifikasi petugas BPJS di rumah sakit. Sehingga petugas tidak perlu bolak balik mengurus verifikasi ini.

Di tengah tekanan ini, pihak RSUD memutar otak bagiamana keberlangsungan operasional tetap berjalan. Dan gaji tenaga kontrak juga tetap lancar. Pihaknya pun berupaya melakukan efisiensi belanja pengeluaran rumah sakit. Seperti belanja obat-obatan, BHP sesuai prioritas dan belanja alat kesehatan. “Kita juga menekan potensi-potensi yang tidak bisa diklaim,” imbuhnya.  (her)

IKLAN







RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO