Mataram (Suara NTB) – Pelaksanaan simulasi Tes Kemampuan Akademik (TKA) diwarnai masalah pada aplikasi tes. Sejumlah sekolah yang melaksanakan tes secara online dikabarkan mengalami kendala pada saat login ke aplikasi TKA.
Demikian disampaikan Koordinator Teknis TKA, Dikbud NTB, Lalu Aksa Suhendra pada Rabu (8/10/2025). Ia menjelaskan bahwa terdapat fitur baru pada aplikasi berupa single device login dan watermark.
Hal tersebut yang kemudian menyebabkan masalah login (masuk) pada proktor browser di moda daring (online). “Hampir semua yang memilih moda online terkendala,” katanya.
Sementara itu, ia menyebut bahwa sekitar 95% satuan pendidikan yang mendaftar TKA di Provinsi NTB memilih mode online.
Kendati demikian, ia menyampaikan bahwa pihaknya terus mencoba mencari solusi untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Sehingga pelaksanaan TKA pada November mendatang berjalan lancar.
“Kami ambil keputusan untuk mencoba lagi besok sambil tim pusat memitigasi dimana masalahnya,” ungkap Aksa.
Ia menyampaikan, pelaksanaan simulasi memang dihajatkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin terjadi pada infrastruktur pusat dengan kapasitas sumber daya atau resource yang dibatasi.
Sementara itu, pelaksanaan simulasi TKA di sejumlah sekolah di NTB terus berlangsung. Kepala SMKN 3 Mataram, Sulman Haris mengatakan, kendala yang dihadapi adalah karena sistem TKA masih baru, sehingga diperlukan sosialisasi dan penyesuaian bagi para proktor, teknisi, dan pengawas ruang.
“Sekolah menangani kendala tersebut dengan memberikan bimbingan teknis langsung, melakukan simulasi ulang terbatas, serta memastikan seluruh petugas memahami prosedur operasional standar sistem TKA sebelum pelaksanaan sesungguhnya,,” terangnya.
Meski demikian, Sulman memastikan bahwa kesiapan pihaknya pada pelaksanaan TKA sudah matang. Seperti halnya ruang ujian, kondisi jaringan, perangkat server, hingga administrasi ujian sudah siap.
Senada, Kepala SMAN 8 Mataram, Sunoto menyampaikan bahwa persiapan sekolah untuk menyelenggarakan TKA sudah rampung. “Kalau dari sisi perangkat sekolah, kekuatan jaringan sih aman. Kita punya jaringan yang besar,” sebutnya.
Meski demikian, ia hanya mengkhawatirkan ketersediaan perangkat penunjang seperti laptop yang terbilang kurang. “Karena kita kekurangan, maka kita mengimbau siswa untuk membawa laptop,” tandasnya. (sib)

