Mataram (suarantb.com) – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) menggelar Bimtek Sistem Penjamin Mutu Internal (SPMI) bagi perguruan tinggi di bawah Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII, di Aula Sport Center, Universitas Bumigora (UBG), Kamis-Jumat (9-10) Oktober 2025.
Bimtek ini bertujuan untuk memberi pemahaman kepada semua perguruan tinggi (PT) tentang SPMI itu sendiri.
Sebagai informasi, SPMI merupakan kegiatan tersistem penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap PT secara otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Sistem ini bertujuan agar satuan pendidikan dapat memenuhi bahkan dapat melampaui standar nasional pendidikan (SNP).
Narasumber Bimtek yang juga tim kerja Belmawa untuk SPMI, Prof. Dr. drh. Nyoman Sadra Dharmawan, MS., mengatakan, Bimtek meminta PT untuk memahami konsep SPMI.
Ia menjelaskan, SPMI memberikan otonomi kepada PT dalam merencanakan strategi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kendati memiliki otonomi sendiri, mutu PT diharapkan tidak kurang dari standar nasional yang sudah ada. “Walaupun dia otonom, tapi ada standar nasional. Ini yang tidak boleh dikurangi,” tandasnya.
Sementara itu, Rektor UBG, Prof. Dr. Ir. Anthony Anggrawan, M.T., Ph.D., mengapresiasi penyelenggaraan Bimtek SPMI yang dilakukan Belmawa itu.
“Dengan adanya pengarahan dari para pakar ini tentunya memberikan gambaran yang lebih luas bagaimana SPMI itu,” ungkapnya.
Menurutnya, SPMI penting bagi perguruan tinggi, terutama bagi PT yang dipimpinnya. “Karena SPMI itulah yang menentukan perguruan tinggi untuk SPME (Sistem Penjaminan Mutu Eksternal) nya. Bila SPMI nya bagus maka SPME otomatis bagus,” tutur Anthony.
Menurutnya, saat ini PT dituntut untuk mengutamakan keterampilan mahasiswa. Alih-alih pengetahuan pasif, SPMI justru menitikberatkan pada dampak nyata.
Hal itu juga sesuai dengan Permendiktisaintek Nomor 39 Tahun 2025 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi, yang menekankan PT untuk menghasilkan mahasiswa yang berdaya saing global.
“Dampak ini artinya bisa menciptakan inovasi atas ilmu yang diperoleh yang menjadi berdampak dan mempunyai daya guna dalam keilmuannya,” jelasnya.
Anthony menyampaikan, UBG sudah membuat tiga gugus penjamin mutu untuk menjamin peningkatan mutu pembelajaran.
“Jadi dengan sebanyak 21 prodi kami bagi menjadi tiga gugus. Jadi masing-masing tujuh prodi untuk dikelola satu pimpinan. Karena inilah tulang punggungnya di sebuah perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu yang lebih baik dan lebih baik lagi,” tandasnya. (sib)

