Tanjung (Suara NTB) – Manajemen RSUD Kabupaten Lombok Utara (KLU) melakukan audit internal atas persoalan meninggalnya bayi yang dilahirkan Ibu Hamil, Winda Astuti, usai mendapat penanganan medis di IGD RSUD, Kamis, 10 Oktober 2025. Manajemen juga mengakui keterbatasan sebagai manusia pada diri petugas medis, sehingga manajemen dipimpin Direktur RSUD, drg. Nova Budiharjo, langsung mendatangi pihak keluarga, menyampaikan belasungkawa dan permohonan maaf kepada pasien dan keluarganya.
Hal tersebut dikemukakan Direktur RSUD KLU, dalam keterangan pers di ruang kerjanya, Sabtu, 11 Oktober 2025. Direktur didampingi oleh sejumlah jajaran manajemen RSUD, termasuk Bagian Humas RSUD.
Nova menjelaskan, usai menerima informasi bayi pasien meninggal, selaku pimpinan langsung menginstruksikan jajarannya untuk melakukan pengecekan. Bahkan sehari setelah kejadian, manajemen langsung menggodok audit awal. Audit tersebut akan diikuti oleh audit-audit lain di kalangan internal untuk memastikan tidak ada SOP yang dilanggar oleh petugas medis.
Pada kesempatan itu, Nova juga memaparkan kronologi pelayanan medis yang diterima oleh pasien sebelum bayinya lahir dan meninggal dunia.
Pasien datang hari Kamis, 9 Oktober 2025 pukul 12.15 WITA. Pasien ditangani sesuai prosedur pasien pada umumnya.
“Kondisi hasil pemeriksaan, umumnya baik. Organ vital baik, tekanan darah, nadi, suhu, saturasi oksigen sudah diperiksa semua. Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan tanda-tanda akan adanya persalinan, seperti adanya bercak darah, keluar ketuban, tanda kontraksi tidak ditemukan, lendir tidak keluar,” ujar Nova.
Dikatakan, pasien dalam keadaan hamil 6 bulan. Sesuai prosedur, pasien kemudian dilakukan pemeriksaan lanjutan ke laboratorium oleh dokter spesialis dengan memeriksa sampel urin. Selama proses itu, pasien di IGD disarankan untuk beristirahat sembari dilakukan observasi oleh petugas medis selama kurang lebih 1,5 jam. Selama observasi tersebut, pasien diakui sempat tertidur.
Pada pukul 13.45 WITA, petugas IGD memberikan izin pulang kepada pasien setelah melalui proses konsultasi via telepon dengan dokter spesialis. Sebelum meninggalkan rumah sakit, keluarga pasien dianjurkan ke apotek RSUD untuk mengambil obat yang diresepkan. Obat yang diberikan ada dua jenis, yaitu Mefenamic Acid kaplet 500 mg dan Cefixime Trihydrate kaplet 200 mg.
“Pasien sudah dipesan, apabila terjadi sakit berlebihan silakan kembali ke rumah sakit,” ujarnya.
Nova melanjutkan, pasien kembali datang ke IGD RSUD pada Kamis sore pukul 16.30 WITA dalam kondisi bayi sudah lahir di rumah. Pasien ibu dan bayi pun dilakukan pemeriksaan dan penanganan oleh Tim Medis dengan memberikan pertolongan intensif pada bayi.
“Berat bayi lahir adalah 700 gram, secara medis, sangat kecil potensi kehidupan. (Lahir) prematur, lemah waktu lahir, tidak ada tangis. Kurang dari 1 jam 50 menit penanganan, ditemukan nadi bayi tidak meraba, saturasi oksigen tidak ada. Sehingga dipastikan bayi pasien meninggal pada pukul 17.50 WITA,” sambungnya.
Lantas apakah lahir bayi dapat disebabkan oleh dorongan konsumsi obat? Menjawab itu, Nova menjelaskan beberapa obat umumnya memiliki efek samping. Namun demikian, pihaknya tidak dapat memastikannya karena masih harus melakukan pendalaman melalui audit lanjutan.
Pengaruh obat, menurut dia, bisa terjadi pada kondisi tertentu. Pada kondisi awal pemeriksaan, posisi bayi dalam keadaan bagus.
“Pertimbangan dokter bersangkutan memberikan obat 2 macam itu untuk peredam nyeri dan obat infeksi. Tanda vital umumnya bagus sehingga diberikan obat tersebut,” katanya.
Lebih lanjut, bayi bisa lahir prematur disebabkan oleh beberapa faktor seperti, stress pada ibu hamil, infeksi saluran kencing, tekanan darah tinggi, riwayat melahirkan prematur.
‘Nyeri bisa terjadi kapan pun dan dalam kondisi apapun. ibu hamil tersandung batu pun bisa (melahirkan prematur). Kejadian itu tidak banyak dimengerti oleh masyarakat kita.”
Mengenai riwayat melahirkan pasien sendiri, Nova mengakui jika bayi yang dilahirkan pasien adalah anak ketiga. Anak pertama mengalami keguguran (abortus), dan anak kedua lahir secara normal. Selama proses kehamilannya, pasien telah melalui USG selama 4 kali dengan kondisi bayi dalam kandungan, aktif.
“Lahir prematur banyak macam, akibat tertentu juga harus perhatikan, apakah infeksi saluran atau ada faktor lain. Terkait hal ini sudah kita jelaskan kepada pihak keluarga. Seandainya masih ada yang dipertanyakan, kami bersedia menjawab dengan dokter spesialis,” tandasnya. (ari)

