Selong (Suara NTB) – Pelaku wisata Sembalun Kabupaten Lombok Timur mengakui selama ini kalah dibandingkan Senaru Kabupaten Lombok Utara (KLU). Perputaran uang di Senaru dinilai jauh lebih besar dibandingkan Sembalun. Sejauh ini 82 persen bisnis treking ini ada dari Senaru. Sisanya baru Sembalun. Meski terbilang pendaki Rinjani terbanyak dari Sembalun. Akan tetapi, cuan yang diterima oleh pelaku wisata Sembalun ini sangat kecil.
Ketua Forum Citra Wisata Lingkar Rinjani, Royal Simbahulun, menjawab Suara NTB, Sabtu, 25 Oktober 2025. menjelaskan selama ini Sembalun sebagian besar hanya menjadi tempat membuang sampah. Sementara uangnya sebagian besar beredar di luar.
Karenanya ia bersama pelaku wisata lainnya di Sembalun mencoba mengemas treking dari Sembalun menjadi premium. Sejauh ini, treking lewat Sembalun ke puncak 3672 Meter Gunung Rinjani diobral. “Sehingga muncul pertanyaan, banyak mendaki karena murahnya atau karena keindahan alamnya? Tapi saya berkeyakinan banyak mendaki karena keindahan alamnya,” tegasnya.
Bagi Royal, sebenarnya yang terpenting adalah nilai kesejahteraan yang didapat. Tidak penting soal kuantitas pendakian yang dijalankan porter dalam melayani pendakian, tali tingkat kualitas kesejahteraannya harus lebih baik. Karena itu yang perlu diatur terlebih dulu adalah standar upah dulu, baue kemudian bicara standar paket yang akan dijual.
Hal senada disampaikan Kepala Desa Sembalun Bumbung, H. Sunardi. Dia membenarkan Senaru KLU selama ini jauh lebih hebat dari Sembalun. Dibandingkan KLU, wisatawan yang datang ke Sembalun katanya sebagian besar lokal atau domestik. Sangat minim wisatawan mancanegara. “Wisatawan lokal saja yang kita rasakan di sini,” ucapnya.
Wisatawan asing lebih banyak mendaki lewat Senaru. Bahkan belanja sebagian besar dilakukan dari Senaru. Hanya receh dan sampah yang didapat Sembalun, karena mendaki puncak Rinjani memang dari Sembalun. Akan tetapi tidak menginap dan belanja kebutuhannya di Sembalun.
Salah satu penyebab minimnya wisatawan mancanegara ke Sembalun katanya terkendala fasilitas penunjang. Tidak ada hotel berkelas seperti halnya di Senaru. Harapannya, dari pemerintah daerah bisa mengambil langkah-langkah strategis untuk memajukan wisata Sembalun. Setidaknya bisa menyampai Senaru.
Selaku pemerintah di tingkat desa hanya bisa menyampaikan harapan karena tidak bisa berbuat banyak. Pemda baik provinsi dan kabupaten diminta bisa lebih berbuat banyak untuk kemajuan pariwisata di Sembalun.
Sembalun Bumbung khususnya sejauh ini mencoba mengembangkan wisata pendakian sejumlah bukit dan wisata budaya. Sembalun memang sudah mulai tumbuh penginapan. Akan tetapi cuma sekelas homestay yang pengunjungnya sebagian besar merupakan wisatawan lokal.
Wakil Bupati Lotim, H. Muhammad Edwin Hadiwijaya didampingi Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) KLU drh. Asrul Sani ketika dikonfirmasi usai melepas kegiatan lomba lari maraton para porter Rinjani Sabtu, 25 Oktober 2025 menjelaskan Sembalun belum bisa menyamai Senaru karena pelaku wisata di KLU tersebut lebih lengkap fasilitasnya.
Diketahui fasilitas wisata di Senaru jauh lebih lengkap dibandingkan KLU. Sembalun terlambat untuk mulai ditata lebih baik. Persoalan kemasan wisata yang disuguhkan pelaku wisata di Senaru jauh lebih lengkap dibandingkan Sembalun. Meski begitu, diyakinkan Sembalun sebenarnya bisa lebih baik dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki.
Menurut Wabup, ketertinggalan Lotim tidak saja di alami di Sembalun. Tempat-tempat lain di Lotim ini juga banyak hanya sekadar disinggahi sementara. Konsep pengembangan wisata daerah lain sudah lebih lengkap. Seperti paket wisata lengkap dengan hadirnya kapal-kapal finisi dari Pelabuhan Bajo Sulawesi. Selama ini, Kayangan hanya sekadar dijadikan tempat transit sementara lalu kemudian melanjutkan perjalananan menyebar kemana-mana. (rus)

