Dompu (Suara NTB) – Kabupaten Dompu mendapat alokasi program Penambahan Area Tanam (PAT) dalam rangka peningkatan produksi komoditi padi di lahan tadah hujan. Program yang semula ditargetkan setiap titik luasnya minimal 10 ha, kini berkembang menjadi 20 ha per titik mesin pompa air.Perubahan petunjuk teknis ini menyebabkan sejumlah kelompok memilih mundur, selain karena faktor keterbatasan air baku di musim kemarau dan petani sudah banyak beralih menanam palawija serta komoditi jagung.“Yang memenuhi syarat ketersediaan air baku dan luas lahan itu hanya 2 kelompok seluas 40an ha. Kelompok tani di Mangge Nae (Kecamatan Dompu) dan Hu’u,” kata Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Syahrul Ramadhan, SP saat dihubungi, Selasa 4 Juni 2024.
Program PAT ini awalnya diusulkan oleh masing – masing kecamatan dan se Kabupaten Dompu sebanyak 58 kelompok. Hasil verifikasi ketersediaan air baku sungai yang bisa diangkat menggunakan mesin pompa kapasitas pipa 4 inc, kemiringan maksimal 20 derajat, serta luas minimal 10 ha per titik. Sehingga yang lolos hanya 13 kelompok atau 130 ha.Sejumlah petani, lanjut Syahrul, memilih memanfaatkan untuk menanam komoditi lain seperti palawija, sayuran, dan jagung. Potensi hujan yang terbatas menyebabkan aliran air sungai terbatas, sehingga cukup beresiko bisa ditanami padi. Terlebih rencana pembuatan rumah pompa, bak penampung air, saluran irigasi, dan perpipaan yang terlambat, membuat petani beralih ke komoditi lain.
Petunjuk terbaru, kata Syahrul, bisa juga memanfaatkan sumur dalam. Tapi mesin pompanya menggunakan pipa ukuran 6 inc, tidak lagi 4 inc seperti yang direncanakan awal. Sehingga tidak memungkinkan digunakan pada sumur petani yang rata – rata menggunakan sumur dangkal.Kendati demikian, Syahrul mengaku, akan kembali mengajukukan program ini di musim tanam berikutnya. Ada beberapa sungai di Dompu yang airnya mengalir sia – sia ke laut. Sungai – sungai mengalir sepanjang waktu. Seperti sungai Laju yang hilirnya melintasi area pertanian di wilayah Kandai, Wawonduru dan so Monta. Begitu juga dengan sungai Baka yang melintasi area pertanian di So Monta, so Matua, Bakajaya, dan Nowa.
Selain pemanfaatan air permukaan, Syahrul juga mendorong, adanya usulan untuk pembukaan sawah baru bagi lahan yang memiliki potensi air irigasi. “Kalau ada, silahkan diajukan ke dinas. Kita akan perjuangkan ke pusat. Pembukaan sawah baru ini menjadi prioritas, tapi polanya yang berbeda. Sekarang berdasarkan permintaan petani, selama lahannya berada di luar kawasan dan ada potensi airnya,” katanya. (ula)