Giri Menang (Suara NTB) – Dari jumlah penduduk miskin di Lombok Barat (Lobar), sekitar 102,71 ribu jiwa yang disasar bantuan pangan beras mengacu data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) dari Kemenko PMK berjumlah 91 ribu jiwa lebih. Artinya terdapat 11 Ribu Jiwa lebih yang belum disasar bantuan beras ini.
Kepala Bappeda Lobar, H. Akhmad Saikhu menerangkan, jumlah penduduk miskin di Lombok Barat berdasarkan data BPS tahun 2023 mencapai 102.000 jiwa. “Kalau mengacu data kemiskinan dari BPS jumlah penduduk miskin 102 ribu lebih, kemudian kalau bantuan pangan beras itu 91 ribu jiwa,” sebutnya belum lama ini. Dijelaskan, kemiskinan makro ini, kalau dilihat dari pendapatan perkapita per hari mencapai Rp16 ribu lebih per hari. Kalau penghasilan kurang dari itu maka warga tergolong miskin.
Berbeda lagi standarnya kalau menghitung kemiskinan ekstrem dan data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS). Kemudian kalau mengacu data BPS jumlah kemiskinan ekstrem sebanyak 1,8 persen atau berjumlah 13 Ribu Jiwa (desil 1-3) sedangkan data P3KE sebanyak 61 ribu jiwa. Kalau dibanding dengan jumlah sasaran beras dari pemerintah sebanyak 91 itu, berlipat-lipat dari jumlah BPS. Namun data yang dipakai Bulog ini juga berasal dari Kemenko PMK. Kemudian dari data DTKS, jumlah nya di Lobar mencapai ratusan ribu jiwa.
Menurutnya data ini pasti berbeda karena sumbernya berbeda dan peruntukannya. Yang jelas diharapkan pada tahun ini kemiskinan ekstrem ini bisa tuntas ditangani sesuai dengan harapan nasional. Karena itu, penanganan perlu dilakukan bertahap ke desil I, kalau sudah terpenuhi diberikan ke desil 2, dan begitu seterusnya.
Berdasarkan data BPS jumlah angka kemiskinan di Lombok Barat tahun 2023 bertambah sekitar 3.700 Jiwa atau 0,28 persen. Tahun ini jumlah penduduk miskin sebanyak 102,71 ribu jiwa atau 13,67 persen, naik dari sebelumnya (2022) 99.000 atau 13,39 persen. Kenaikan jumlah kemiskinan ini dipicu dampak inflasi daerah.
Banyaknya warga miskin belum memperoleh bantuan beras ini diduga disebabkan banyak penerima salah sasaran. Seperti ditemukan di beberapa desa di Lobar. Penerima bantuan dari kalangan warga kaya, memiliki banyak tanah dan pemilik perusahaan. (her)