Mataram (Suara NTB) – Ekonom mendorong seluruh stakeholder di Provinsi NTB untuk meningkatkan ekspor komoditas, serta menarik wisatawan mancanegara (wisman) di tengah anjloknya nilai tukar rupiah, terhadap Dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS memburuk di angka Rp16.000 pada Selasa 16 April 2024.
Melemahnya nilai tukar mata uang Indonesia sejatinya dijadikan momentum untuk meraup manfaatnya. Secara teori, memburuknya nilai tukar rupiah memengaruhi inflasi dalam negeri, daya beli masyarakat semakin turun, dampaknya pada fiskal, dan perekonomian secara keseluruhan.
Namun, menurut Dr. M. Firmansyah, Pengamat Ekonomi dari Universitas Mataram menegaskan, umumnya dampak yang kita akan terjadi inflasi (kenaikan harga-harga) ketika nilai tukar rupiah terus melemah. Khususnya terkait bahan baku dan penolong industri yang bersumber dari impor. Sebab, harganya akan semakin naik.
“Namun keuntungan rupiah melemah pada sektor-sektor ekspor. Mereka akan menikmati selisih kenaikan rupiah karena produk ekspor dibayar dengan standar nilai Dollar AS harganya juga akan naik. Tenaga kerja kita, baik di dalam maupun di luar negeri yang gajinya dibayar dengan nilai Dollar AS juga diuntungkan. Mereka terima dollar yang nilai ekonominya lebih besar, namun dollar untuk belanja dalam negeri,” ungkapnya.
Kemudian, sektor lain yang diuntungkan menurut Dr. Firmansyah adalah sektor pariwisata. Harusnya wisatawan asing, akan lebih lama menginap karena biaya bagi mereka menjadi lebih murah akibat rupiah melemah. “Ini peluang. Perbanyak iklan-iklan wisata tuk beberapa bulan ke depan ini,” sarannya. (bul)