Praya (Suara NTB)- Polres Lombok Tengah (Loteng), Sabtu 20 april 2024, didemo ratusan warga dari belasan organisasi kemasyarakat (ormas) yang ada di Loteng. Aksi digelar untuk mendesak aparat Polres Loteng serius menangani kasus meninggalnya perempuan bernama Heny Sukmawati yang diduga meninggal karena bunuh diri di kamar kostnya di kawasan wisata Kuta, Pujut sebulan yang lalu.
Warga menduga kalau korban tidak bunuh diri, seperti dugaan aparat kepolisian. Melainkan diduga dibunuh. Karena ada beberapa kejanggalan yang ditemukan ditubuh korban. Sehingga warga mendesak aparat kepolisian benar-benar serius menangani kasus tersebut. Agar penyebab kematian Heny yang sebenanya bisa terungkap.
“Saudari kami ini tidak bunuh diri. Tetapi diduga korban pembunuhan. Jadi kami minta aparat Polres Loteng serius menangani kasus ini,” ujar Rata Wijaya, koordinator umum aksi Blok Pujut Memanggil, dalam orasinya.
Sejauh ini pihak keluarga korban belum menemukan alasan sampai korban harus bunuh diri. Justru indikasi kearah pembunuhan yang muncul. Seperti hilangnya perhiasan serta yang uang korban. Ironisnya, aparat kepolisian terkesan tidak serius menangani kasus tersebut. Bagaimana tidak, sudah sekitar sebulan proses penanganan kasusnya tidak kunjung jelas.
Bahkan ada dugaan kalau pihak kepolisian telah menghentikan proses penyelidikan kasus tersebut. Karena merasa yakin kalau Heny meninggal bunuh diri. “Kami minta polisi serius menangani kasus ini. Dan, harus transparan. Jangan ada yang ditutup-tutupi,” tegasnya kembali.
Aksi mimbar bebas tersebut berlangsung sekitar dua jam lebih, dimulai sekitar pukul 10.00 Wita. Jalannya aksi sendiri sempat memanas lantaran massa aksi tersinggung dengan ulah salah seorang anggota Polres Loteng yang terkesan meremehkan aksi warga tersebut. Warga pun sempat memaksa masuk ke halaman Polres Loteng untuk mencari dan meminta anggota Polres Loteng meminta maaf secara terbuka.
Akibatnya massa aksi dengan aparat Polres Loteng yang berjaga di depan gerbang Mapolres Loteng sempat terlibat ketegangan. Namun situasi akhirnya bisa dikendalikan. Massa aksi pun kemudian membubarkan diri setelah sejumlah orator menyampaikan orasinya. “Kami minta Polres Loteng segera mengungkap kasus ini. Jika tidak kami akan datang dengan masa yang lebih banyak lagi,” tegas salah seorang perwakilan massa aksi.
Terpisah, dalam keterangan Kapolres Loteng AKBP Iwan Hidayat, SIK., membantah kalau pihaknya telah menghentikan penyelidikan kasus meninggalkan Heny. Bahwa penanganan kasus tersebut saat ini masih berjalan. Penyidik pun masih berupaya keras untuk bisa mengungkap penyebab pasti meninggalnya korban.
Memang dari hasil autopsy yang dilakukan oleh dokter ahli menyebutkan kalau korban meninggal karena bunuh diri. Namun pihaknya tidak berhenti sampai di situ. Pihaknya masih terus bekerja untuk mencari petunjuk – petunjuk baru dan alat bukti baru yang mengarah ke pembunuhan. Salah satunya dengan melakukan digital forensik. Untuk memastikan hasil autopsy sebelumnya.
“Proses digital forensik itu sendiri butuh waktu cukup lama baru hasilnya keluar. Itulah yang membuat penanganan kasus ini terkesan lama. Tetapi bukan berarti penanganan kasusnya dihentikan,” tandasnya.
Jadi penanganan kasus kematian Heny belum final. Semoga dalam waktu dekat hasil digital forensiknya sudah diperoleh. Sehingga penyebab pasti kematian korban bisa terungkap. “Mohon doanya semua, supaya kasus ini bisa segera terungkap,” tutup mantan Kapolres Dompu ini. (kir)