Mataram (Suara NTB) – Sejumlah komoditi seperti bawang dan tomat di pasar tradisional masih mahal. Selain faktor cuaca, juga dipicu pengiriman ke luar daerah.
Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram, Drs. H. Muhammad Saleh mengakui, harga bawang merah dan tomat masih mahal. Kenaikan harga tomat nyaris mengalahkan harga cabai rawit. Harga tomat di Pasar Induk Mandalika senilai Rp40 ribu per kilogram. Sedangkan, bawang merah senilai Rp60 ribu perkilogram. “Justru harga cabai sudah mulai turun. Malah harga tomat mengalahkan harga cabai,” kata Saleh dikonfirmasi pada Senin 22 April 2024.
Pemicu mahalnya dua komoditi tersebut, bukan hanya faktor alam melainkan banyak dikirim ke luar daerah. Seperti bawang merah dikirim untuk memenuhi kebutuhan di Pulau Jawa. Saleh menyampaikan, pengiriman bawang merah ke luar daerah tidak bisa dihalangi. Pasalnya, Kota Mataram bukan produsen atau daerah penghasil. Walaupun sebagian petani di Pagutan juga menanam bawang merah, tetapi belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Mataram. “Ada petani kita yang menanam bawang tetapi skala kecil,” terangnya.
Menurut Saleh, kerjasama antar daerah perlu diperkuat, terutama dari daerah penghasil bawang merah seperti Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu. Kerjasama antar daerah ini akan dikomunikasikan melalui tim pengendali inflasi daerah (TPID).
Selain itu, pembinaan kelompok wanita tani dinilai penting dan strategis dari sisi pemanfaatan lahan pekarangan. Akan tetapi, kendala dihadapi adalah masalah. Petani di Kota Mataram adalah penggarap karena lahan yang dimanfaatkan milik orang. “Jadi, kendala kita di Mataram itu adalah lahan. Pemanfaatan P2L belum masih ini. Nanti kita dorong melalui KWT,” tambahnya.
Seandainya KWT di masing-masing lingkungan atau kelurahan menanam komoditi yang berpotensi menyumbang inflasi. Di satu sisi, Saleh menyebutkan, harga cabai rawit maupun cabai merah besar sudah dapat dikendalikan, justru muncul lagi komoditi lain yang mengalami lonjakan sehingga perlu penjajakan dengan daerah lain. “Sesungguhnya harga cabai sudah bisa dikendalikan,” demikian kata Saleh. (cem)