Giri Menang (Suara NTB) – KPU Lombok Barat (Lobar) mengakui suhu politik dalam Pilkada Lobar justru menjadi lebih rentan menimbulkan konflik, jika dibandingkan dengan saat Pemilu di bulan Februari lalu. Hal ini diungkapkan Ketua KPU Lobar, Lalu Rudi Iskandar, saat ditemui di ruang kerjanya belum lama ini. “Jauh (lebih tinggi potensi konflik) di Pilkada ini,” katanya.
Dikatakan, dalam Pilkada ini “kemasan” nya disebut lebih sederhana, dilihat dari para kontestan, karena jika dalam Pemilu lalu kontestannya adalah partai politik (parpol). Di mana parpol ini mengikutsertakan calon legislatif yang jumlahnya bahkan ratusan. Yang menyebabkan fokus dukungan masyarakat pun terbagi-bagi. “Kalau Pilkada itu sederhana, calonnya kelihatan, yang turun ke masyarakat itu calonnya langsung. Dan maksimal 4 (pasangan calon),” jelasnya.
Maka, kata Rudi, dengan begitu perhatian masyarakat hanya akan fokus terhadap pasangan calon (paslon) kepala daerah tersebut saja, sehingga, dia menilai kedekatan para calon kepala daerah dengan masyarakat yang berpotensi menjadi calon pemilihnya itu sangat tinggi. “Sehingga mereka pun saling memperhatikan satu sama lain. Tidak hanya paslon, tetapi juga sesama pendukung,” ujarnya.
Hal itu lah yang dianggapnya rentan menimbulkan gesekan secara horizontal. Oleh karena itu, dia mengaku upaya KPU untuk mengantisipasi hal tersebut dimulai dari perbaikan SDM dalam kelembagaan penyelenggara nantinya. Agar para penyelenggara pilkada yang telribat nanti, diharapkan sungguh-sungguh bekerja sesuai dengan norma dan perundang-undangan yang berlaku.(her)