Tantangan diversifikasi pangan di Provinsi NTB memang tidak sederhana. Apalagi daerah ini menjadi lumbung pangan nasional, sehingga produksi padi/gabah tetap melimpah. Namun, fakta lapangan, masyarakat kita hanya merasa kenyang bila makan nasi.
KEPALA Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB, H. Abdul Azis, S.H., M.H., mengatakan, semakin hari masyarakat makin sadar, bahwa bukan hanya nasi saja yang membuat kenyang. Ada sejumlah komoditas pangan lainnya yang bisa dijadikan alternatif yang mengenyangkan.
“Kita punya ubi yang melimpah, jagung, gandum-ganduman,” ujarnya.
Kendati demikian, menurutnya pola pangan yang ideal itu maksimal 50 persen nasi, 50 persen adalah aneka lauk pauk. Skor pola pangan harapan (PPH) NTB juga menurutnya semakin membaik. Ditunjukkan dengan angka PPH sebesar 94,40 persen tahun 2023. Artinya, pola konsumsi masyarakat sudah beragam, tidak hanya makan nasi.
Artinya masyarakat semakin dekat dengan diversifikasi pangan. Walaupun secara umum masih dominan tergantung sama nasi.
Pemprov NTB juga mendorong masyarakat untuk melakukan diversifikasi (penganekaragaman) pangan. Tidak hanya mengonsumsi nasi sebagai pangan pokok.
Dorongan diversifikasi pangan ini bukan hal baru, setelah pemerintah pusat mendorong masyarakat mengonsumsi umbi-umbian, selain beras untuk mengurangi dampak kenaikan harga beras saat ini. Tetapi sejak lama, masyarakat di NTB diedukasi mengonsumsi aneka ragam pangan.
Menurut mantan Sekda Kabupaten Sumbawa Barat ini, diversifikasi pangan dilakukan bukan lantaran harga beras mahal. Akan tetapi, dengan mengonsumsi aneka ragam pangan, akan berdampak kepada tingkat kesehatan.
“Jangan merasa hanya dengan makan nasi saja baru bisa kenyang. Ada banyak komoditas pangan kita lainnya. Supaya tidak mengandalkan nasi saja baru dikatakan makan. Ini yang terjadi,” katanya.
Masyarakat harus mengelola stok pangannya dengan sebaik mungkin salah satunya melalui gerakan diversifikasi pangan. Untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat, tambahnya, tidak mesti harus memiliki lahan pertanian yang memadai untuk memproduksi hasil-hasil pertanian. Dibutuhkan kreativitas dan keuletan untuk memanfaatkan pekarangan rumah sebagai sumber pangan.
Menurutnya, dari pada pekarangan rumah menganggur, bisa dibuat menjadi pekarangan produktif, tanam cabai, tanam tomat, tanam yang lain lain. Bisa pakai polybag. Pelihara ikan menggunakan bak. Pekarangan rumah adalah salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk memproduksi aneka jenis pangan selain beras.
“Sudah banyak kelompok-kelompok wanita yang bekerja sama memanfaatkan lahan pekarangan untuk memproduksi kebutuhan dapur dan apotek hidup. Selain bisa mandiri menyediakan kebutuhan, kalau produksinya bagus, bisa dijual juga ke tukang-tukang sayur keliling untuk dijual kembali,” imbuhnya.
Dinas Ketahanan Pangan intens mengedukasi masyarakat untuk mnerapkan pola pangan B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman), yaitu pola makan yang menggunakan susunan makanan untuk sekali makan atau untuk sehari menurut waktu makan (pagi, siang dan sore/malam), yang mengandung zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan jumlah yang memenuhi kaidah gizi seimbang yang sesuai dengan daya terima (selera, budaya) dan kemampuan daya beli masyarakat serta aman untuk di konsumsi.
Beragam artinya pangan yang dikonsumsi berbagai macam, baik hewani maupun nabati, baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Setiap jenis/kelompok pangan mempunyai kelebihan atau kekurangan nutrisi/gizi tertentu, sehingga dengan mengkonsumsi pangan yang beragam maka nutrisi/gizi dari berbagai pangan saling menutupi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Bergizi artinya pangan yang dikonsumsi harus mengandung gizi. Gizi adalah unsur yang ada dalam makanan yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh. Manfaat itu antara lain memelihara tubuh serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memproduksi energi, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral serta cairan tubuh lainnya sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Berimbang artinya pangan yang dikonsumsi harus seimbang dari berbagai jenis/kelompok pangan serta sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Dan Aman Artinya Pangan yang dikonsumsi bebas dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung (jangka panjang).
“Jadi tidak sekedar makan nasi saja. Porsinya nasi setengah. Sisanya lauk pauk dan lainnya. Tidak susah juga untuk menerapkan B2SA. Karena sawah, ladang, kebun, hingga pekarangan bisa dimanfaatkan untuk menanam kebutuhan B2SA. Jadi tidak mesti B2SA identik dengan masyarakat ekonomi berkecukupan,” demikian kepala dinas.(bul)