DPRD Provinsi NTB menekankan pentingnya diversifikasi pangan harian masyarakat. Konsumsi non beras selain untuk memperoleh nutrisi dengan nilai gizi yang lebih beragam serta seimbang, juga untuk merespons fluktuasi harga beras di pasar yang terkadang naik sangat tinggi.
Anggota DPRD NTB H. Abdul Hadi, S.E, M.M., mengatakan, salah satu efek domino krisis global pada ketahanan pangan menyebabkan gangguan ekspor dan terancamnya keamanan pangan. Untuk menjaga keamanan pangan tersebut diperlukan upaya diversifikasi pangan yang berkelanjutan.
Ada banyak tanaman lokal Indonesia, termasuk di NTB yang bisa menjadi selingan atau pengganti beras mulai dari jagung, sorgum, ubi-ubian, dan tanaman perkebunan seperti sagu dan sukun dapat menjadi alternatif sumber pangan pokok.
“Kita terus mendorong pemerintah untuk melakukan diversifikasi pangan lokal. Salah satunya dengan melakukan riset dan inovasi untuk diversifikasi pangan pokok, yang dieksplorasi dari sumber daya genetik tanaman lokal agar menjadi produk yang unggul, “ kata H. Abdul Hadi kepada Ekbis NTB akhir pekan kemarin.
Anggota DPR RI terpilih dapil Lombok ini menegaskan upaya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diversifikasi pangan sangatlah diperlukan. Termasuk di dalamnya metode pengolahan makanan yang tepat, sehingga dapat memenuhi selera seluruh lapisan masyarakat, terutama selera generasi muda.
Dalam konteks penyediaan pasokan, diversifikasi adalah salah satu cara adaptasi yang efektif untuk mengurangi risiko produksi akibat perubahan iklim dan kondusif untuk mendukung perkembangan industri pengolahan berbasis sumber daya lokal.
Sementara pada sisi konsumsi, diversifikasi pangan memperluas spektrum pilihan pangan dan kondusif untuk mendukung terwujudnya pola pangan harapan. Sehingga diversifikasi pangan dapat mendukung stabilitas ketahanan pangan agar dapat dipandang sebagai salah satu pilar pemantapan ketahanan pangan.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin menyampaikan keprihatinannya terhadap kenaikan harga beras. Kenaikan harga bahan pangan seperti beras, cabai, dan daging sapi yang dilaporkan oleh Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional perlu segera direspons dengan kebijakan yang lebih efektif untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan pangan di masyarakat.
Harga beras premium secara nasional kini mencapai Rp15.690 per kilogram, sedangkan harga beras medium sekitar Rp13.560 per kilogram. Selain itu, harga cabai merah keriting, harga daging dan sejumlah komoditas juga naik.
“Kenaikan harga ini tentu memberatkan masyarakat, terutama kelompok yang berpenghasilan rendah. Pemerintah perlu segera mengambil langkah-langkah mitigasi untuk memastikan ketersediaan pangan tetap terjaga dan harga tidak melonjak drastis,” ujar Andi Akmal akhir pekan kemarin dikutip Ekbis NTB.
Andi Akmal juga menyoroti pentingnya edukasi kepada masyarakat mengenai konsumsi pangan yang bijak dan diversifikasi pangan. Edukasi kepada masyarakat tentang cara mengatur pola konsumsi dan memanfaatkan berbagai jenis pangan lokal dapat membantu mengurangi ketergantungan pada komoditas tertentu yang harganya cenderung fluktuatif.
Langkah ini diharapkan dapat membantu menjaga stabilitas harga pangan di pasar. Selain itu, ia menyarankan agar pemerintah meningkatkan cadangan pangan nasional sebagai langkah antisipatif terhadap lonjakan harga.
“Peningkatan cadangan pangan nasional sangat penting sebagai buffer stock untuk mengantisipasi lonjakan harga. Pemerintah harus memastikan bahwa stok pangan nasional cukup untuk menghadapi situasi darurat,” jelasnya.(ris)