spot_img
Minggu, Desember 15, 2024
spot_img
BerandaHEADLINESekarsari, Guru Ngaji dengan Nilai SKD Tertinggi CPNS Bali-Nusra

Sekarsari, Guru Ngaji dengan Nilai SKD Tertinggi CPNS Bali-Nusra

PELAMAR CPNS Pemprovinsi NTB, Sekarsari Bintang Solehah berhasil meraih nilai tertinggi pada Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) CPNS Regional Bali – Nusa Tenggara (Nusra).

Wanita lulusan Prodi Teknik Informatika Universitas Mataram ini berhasil meraih 477 poin dan menjadikan dirinya sebagai yang tertinggi di CPNS Bali – Nusra tahun ini.  Diketahui, ia mendaftar sebagai Pranata Computer ahli pertama di Perpustakaan Provinsi NTB.

Untuk mendapatkan nilai ini, ia mengaku konsisten belajar setelah subuh. Sekarsari mengatakan, ia terbiasa belajar mandiri dengan memanfaatkan media yang ada, seperti Youtube dan buku.

“Belajarnya via Youtube, terus beli buku untuk latihan sendiri, try out. Cuma yang aku pengen highlight soal bagaimana kita konsisten untuk belajar hal yang baru. Aku biasanya belajar CPNS biasanya kalau belajar habis subuh, jadi langsung buka laptop, belajar, ngerjain try out dan segala macam,” ujarnya kepada Suara NTB, Selasa, 19 November 2024.

Setelah belajar, Sekar biasanya mengulas kembali materi-materi yang telah dipelajarinya. Setelahnya, dia mencoba mengerjakan soal untuk melatih kemampuan dan pemahaman terkait setiap ilmu yang baru saja dipelajari.

Menurut Sekar, tahun ini merupakan tahun pertama ia mengikuti seleksi CPNS. Setelah lulus pada tahun 2023 lalu, ia menyibukkan diri dengan menjadi guru ngaji di Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) yang ada di Perumnas Ampar-Ampar, Kelurahan Jontlak, Lombok Tengah.

Profesi sebagai guru ngaji ini juga dilakoni oleh ibunya, yang mana selain menjadi guru TK, ibunya juga mengajar mengaji anak-anak yang ada di TPQ sekitar rumahnya. Sementara itu, ayahnya merupakan seorang Kepala Sekolah di salah satu sekolah yang ada di Sikur, Lombok Timur.

Ia mengungkapkan, kecintaannya terhadap teknologi dan buku dimulai sejak ia masih kecil. Yang mana karena keterbatasan akses saat dirinya masih kecil menjadikannya sebagai seorang yang terus ingin tahu dan belajar.

“Fokusku lulusan Teknik Informatika, ketertarikan dimulai sudah sangat lama dulu di kampung benar-benar minim akses, air PDAM baru mengalir sekitar tahun 2012. Jadi benar-benar kita hidup gelap gulita, air tidak ada. Ada salah satu madrasah di situ itu semua serba terbatas dan ada sedikit sumbangan buku dan aku suka banget baca bukunya karena bisa melihat dunia luar,” ungkapnya.

Sementara itu, ketertarikannya terhadap teknologi dimulai saat ia masih berada di bangku Sekolah Dasar (SD), yang mana pada saat itu ia diminta untuk membuat klipping. Teman-temannya yang lain memilih membuat klipping di warnet, sementara ia harus membuat klipping secara manual karena tidak bisa mengoperasikan komputer.

Sekar mengaku, dirinya mulai bisa mengoperasikan komputer saat ia berada di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Yang mana pada saat itu penggunaan computer dan Microsoft sudah mulai massif.

“Kemudian kita SMA di SMAN 1 Praya, baru disitu mulai diajarkan sedikit-sedikit teknologi, tapi baru microsoft belum dikenalkan coding dan sebagainya. Dari situ mulainya,” ungkapnya.

Menurutnya, penggunaan teknologi sebagai tombak peradaban yang tidak hanya berdampak pada generasi sekarang, tetapi juga generasi berikutnya. Sehingga perlu menggunakan teknologi dengan baik dan bijak.

Ia membeberkan, peran teknologi ini sangat dirasakan pada saat terjadi gempa Lombok 2018, yang mana karena teknologi ini, proses recovery atau bangkit kembali pasca bencana menjadi sesuatu yang sangat berat karena banyak beredar hoaks seperti gempa susulan, tsunami, dan semacamnya.

Padahal, menurut Sekar, jika teknologi dimanfaatkan dengan baik pada masa itu. Proses recovery semua korban gempa dapat dipercepat dengan mengirimkan berita-berita positif.

“Aku ngerasa banget itu benar-benar dibutuhkan pas gempa Lombok 2018. Jadi pas kemudian kita keterbatasan sumber daya kemudian teknologi menjadi sumber massif bagaimana kita recovery pada waktu itu. Banyak sekali berita hoaks yang kemudian beredar dan segala macam. Itu memperlambat recovery kita pada masa itu, padahal waktu itu bisa diedarkan dnegan sangat baik tentang mitigasi bencana dan seputar bencana alam yang kemudian aku rasa bisa recovery lebih cepat lagi,” pungkasnya. (era)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO