Imajinasi “liar” seorang Setia Budi (Budi) menghasilkan berbagai produk peralatan yang mendukung usaha UMKM. Di tangannya, potongan besi kanal U, disulap menjadi berbagai peralatan. Misalnya mesin huller kopi, pemecah kacang tanah, hingga yang terbaru, ia berhasil merancang kompor berbahan bakar oli bekas. Berikut gambarannya.
SETIA Budi, Warga Desa Jenggala, Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara (KLU), pemilik bengkel Las UD Mitra Usaha di desa Samaguna (pecahan Desa Jenggala), adalah seorang ahli las. Ilmu dan keahliannya tidak didapat di bangku sekolah resmi – Perguruan Tinggi Teknis Mesin, melainkan pengalaman bekerja pada proyek konstruksi di Korea. Ia menjadi TKI Korea selama 10 tahun. Tepatnya pada periode 1994-1998 dan 2005 -2011.
Di Korea ia bekerja pada berbagai tempat. Mulai dari pabrik tekstil, pabrik yang memproduksi bahan baku pupuk dasar, serta pabrik las.
Budi menaruh minat pada bidang pekerjaan terakhir, yakni Las. Alasannya, Ia menginginkan ilmu dan kecakapan pada bidang yang di daerah asalnya – Lombok Utara, tidak dimiliki oleh banyak orang. Sekembali dari Korea, ia juga ingin mengaplikasikan ilmunya, tidak hanya untuk komersil, tetapi juga berbagai kepada generasi muda yang membutuhkan.
Berbekal keinginan yang kuat itulah, Budi tak memperhitungkan nominal gaji yang akan didapat di Korea. Asal kerja, dapat ilmu, tahu secara spesifik, baginya sudah lebih dari cukup. Keuletan ini pula mengantar Budi, bekerja pada pabrik perakitan kapal laut. Tempat ini adalah lokasi dimana kerangka utama Kapal Laut dibuat, sebelum dibawa dan dirakit di galangan.
“Untuk masuk ke pabrik kapal ini, tidak mudah. Saya harus mengikuti pelatihan yang diikuti ratusan orang dari berbagai wilayah di Korea. Anehnya hanya saya sendiri warga negara asing (dari Indonesia) yang ikut pelatihan itu,” ungkap Budi, kepada Suara NTB, Kamis, 28 November 2024.
Nasib mujur menghampiri Budi. Dengan ketekunan pula, Budi berhasil mengikuti pelatihan dan mendapat Serifikat Kompetensi khusus Las. Sertifikat itu pula yang mengantarnya masuk ke Pabrik Kapal Laut. Bekal ilmunya pula, mengantarkan Budi menguasai Standar Pengelasan Global, baik standar ISO (Eropa) maupun standar pengelasan AWS (Amerika).
Setelah dirasa memiliki kompetensi yang cukup, Budi memilih pulang ke Indonesia pada 2011. Tiga tahun berikutnya atau 2014, Ia membuka usaha Las, UD Mitra Usaha. Hasil merantau di Korea digunakan sebagian untuk modal, hingga kini usahanya berkembang dan memiliki banyak pelanggan.
Ia menerima berbagai pesanan. Dari pembuatan pagar, reparasi alat berat, pembuatan bak truk, membangun gedung Futsal Gili Trawangan dan lainnya. Di sela-sela kesibukan itu, Ia juga berpikir untuk menciptakan sesuatu yang berguna bagi usaha masyarakat. Hadirlah berbagai produk mesin yang sangat berguna untuk usaha UMKM. Seperti mesin huller kopi kapasitas 50 ton sehari, mesin pemecah kacang, modifikasi mesin penggerak Perahu dari mesin sepeda motor rusak, dan terakhir kompor berbahan bakar oli bekas.
“Saya pernah mendapat tawaran untuk membuat Tongkang yang beroperasi dari Bali ke Lombok Utara, tetapi dengan suatu pertimbangan dari pemesan, proyek itu gagal terwujud,” katanya.
Seluruh barang yang diproduksi oleh Budi, saat ini berstatus tanpa merk dan tanpa Hak Cipta. Ia pernah terpikir untuk membuat Hak Paten, namun karena pertimbangan tidak berproduksi secara massif, Ia pun gagal mempatenkan temuannya.
Bagi Budi, sepanjang temuannya adalah karyanya sendiri, maka spesifikasinya hanya diketahui oleh Ia sendiri. Dasar inilah, Budi tidak khawatir temuannya akan ditiru oleh orang lain. Sebaliknya, ia dengan senang hati akan berbagi ilmu jika ada orang lain yang mau belajar.
“Selama membuka Bengkel Las, saya sudah meluluskan 150-an orang dari berbagai daerah, termasuk dari Lombok Tengah, Lombok Timur, hingga Sumbawa. Mereka yang belajar di sini biasanya calon TKI yang mencari Sertifikat Kompetensi pengelasan khususnya yang berstandar Internasional (ISO dan AWS),” terangnya.
“Untuk belajar Las di sini, tentu ada tarifnya, antara Rp 500-700 ribu per hari. Saya jamin 10 hari bisa bagi yang mulai dari nol. Tapi tentu tidak semua ilmunya dikuasai karena Las banyak tekniknya,” tandas Budi. (ari)