spot_img
Sabtu, Januari 18, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEJangan Bangun Rumah di Lahan Produktif

Jangan Bangun Rumah di Lahan Produktif

WAKIL Menteri (Wamen) Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Fahri Hamzah kembali meminta agar kawasan perumahan tak dibangun di areal pertanian yang produktif. Sebab hal tersebut bertentangan dengan semangat pemerintah yang ingin memperluas areal penanaman dalam rangka swasembada pangan.

Menurut Fahri, Presiden Prabowo berupaya membuka lahan dan mendorong pengusaha swasta untuk membuka lahan produktif untuk ketersediaan pangan berkelanjutan.

“Jadi tolong semua pihak jangan lagi mengambil lahan produktif terutama beras untuk membangun bangunan, apapun dia, termasuk perumahan, supaya jatah perut kita jangan berkurang,” kata Fahri Hamzah usai memberi pemaparan di acara Rapat Koordinasi (Rakor) Desain Penataan Perumahan dan Permukiman di Provinsi NTB yang berlangsung di Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB, Jumat, 17 Januari 2025.

Secara historis, Pulau Lombok kata Fahri adalah daerah swasembada pangan. Pulau ini memberi kontribusi yang besar bagi pangan untuk masyarakat lokal dan masyarakat luar. Bahkan nama Bumi Gora disematkan ke NTB karena peran swasembada pangannya sejak lama.

Namun sekarang dengan eksesifnya pembangunan perumahan dan gedung di kawasan pertanian produktif, hal tersebut akan mengancam NTB sebagai daerah swasembada. Sehingga hal ini harus menjadi perhatian bersama agar terus menjaga dan merawat lahan-lahan sawah yang produktif tersebut.

“Presiden juga sudah mengeluarkan perintah dan instruksi tidak boleh ada lagi yang membangun di sawah. Sawah ini luar biasa, dia memberikan kita keindahan, hawa yang segar, pemandangan yang baik, biarkan dia tetap jadi sawah. Kalau rumah, cari yang kreatif, bikin rumah susun, tinggal di rumah yang tak harus kita menggunakan lahan sawah,” katanya.

Terkait dengan program tiga juta rumah yang menjadi program utama Kementerian PKP, untuk kawasan pendesaan, pembangunan lebih berorientasi di lahan yang sudah ada tanpa mengganggu persawahan. “Sehingga di desa-desa kami lebih berorientasi pada penataan kawasan, sehingga rumahnya jadi lebih baik,” katanya.

Sementara di daerah perkotaan, karena penduduk sudah padat dan lahan harganya mahal, maka solusinya adalah pembangunan rumah susun. Rusun bisa dibangun dua atau tiga lantai, tergantung situasi dan kondisi. (ris)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO