Setiap memasuki musim hujan, bahaya banjir mengintai. Beberapa kali bahkan sudah terjadi. Khususnya di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) terjadi di Sambalia, Pringgabaya, Keruak dan Jerowaru.
Penjabat (Pj) Bupati Lotim, H. M. Juaini Taofik mengatakan sebelum memasuki musim hujan, Pemkab Lotim sudah melakukan langkah antisipasi jauh-jauh hari. Sebelum hujan datang mengguyur, beberapa lokasi yang biasa banjir dilakukan normalisasi sungai.
“Walaupun itu kewenangan BWS (Balai Wilayah Sungai-red) tapi kita coba melakukan antisipasi dari awal,” jawab Juaini Taofik ketika diwawancarai Suara NTB. Dari langkah antisipasi yang dilakukan, Labuhan Lombok-Seruni Mumbul yang diketahui selalu langganan banjir setiap tahun tahun ini sudah tidak lagi terjadi.
Begitu juga yang di Keruak, setiap tahun terjadi dan bahkan sempat menjebol tembok sekolah di Sepapan Keruak tahun ini juga disyukuri tidak terulang lagi.
Menurut Juaini Taofik, sumber masalahnya adalah aliran sungai tak bisa mengalirkan air yang besar. Langkah normalisasi ini dianggap sangat efektif.
Selai langkah normalisasi, sungai khususnya di Pringgabaya Utara, Labuhan Lombok dan Seruni Mumbul tersebut telah dipecah dengan membuatkan kali lain. Hal ini bertujuan agar air tak lagi masuk ke permukiman. “Kita buatkan sungai buatan agar airnya bisa masuk langsung ke muara sungai di Seruni Mumbul,”” ucapnya.
Disyukuri, hujan yang terjadi beberapa bulan terakhir ini tidak sampai terjadi di Labuhan Lombok dan Seruni Mumbul.
Wilayah kecamatan yang paling diantisipasi adalah Sambelia yang kerap langganan banjir. Sambelia sampai saat ini tetap terpantau. Tidak berani dikatakan tidak bakal terjadi karena melihat cuaca cukup ekstrim. Sehingga langkah antisipasi dan pemantauan terus dilakukan.
Bersama aparat TNI dan Polri di Lotim terus pula digencarkan pemantauan di hutan antisipasi praktik ilegal logging. Termasuk praktik pembakaran hutan sampai. Sampai saat ini belum ada ditemukan ada praktik perusakan hujan. Membakar hutan sebelum musim tanam.
Penambahan pohon di hutan juga terus dipantau di Sembalun yang selama ini kerap longsor. Pantauan selama ini Sembalun yang juga kerap longsor pada tahun ini belum pernah lagi ada yang terjadi. Perbaikan jalan dengan pemasangan takut cukup efektif mencegah erosi lahan hutan.
Terakhir, soal aktivitas tanam jagung di dalam kawasan hutan ditegaskan Pj Bupati Lotim saat ini sudah bisa diminimalisir. Pemerintah memang satu sisi mendorong untuk ketahanan pangan dengan menyalurkan bantuan bibit jagung. Akan tetapi, benih yang disalurkan oleh pemerintah di Lotim diarahkan untuk ditanam di lahan. Kosong milik warga. Bukan dalam kawasan hutan.
Percuma, kata Pj Bupati mengincar ketahanan pangan akan tetapi merusak lingkungan. Menanam jagung sudah diingatkan kepada petani tidak boleh masuk ke dalam kawasan hutan. “Itu yang kita lakukan di Lotim,” demikian sebutnya.
Tertibkan Alihfungsi Hutan Lindung
Terpisah, Ketua DPRD Lotim, Muhammad Yusri meminta pemerintah serius dalam upaya menertibkan praktik alihfungsi lahan hutan yang dijadikan lahan perkebunan. Tidak ditampik, fakta setiap memasuki musim hujan lahan-lahan hutan lindung dijadikan tempat tanam jagung.
Tergambar di kawasan Hutan Lindung Sekaroh saat ini penuh dengan tanaman hujan. Kawasan hujan lindung saat musim hujan ini terlihat hijau. Akan tetapi, bukan karena tanaman hutan tapi karena tanaman jagung.
Bicara hutan memang menjadi kewenangan pemerintah provinsi. Karena itu, dewan Lotim turut mendorong pemerintah provinsi untuk melakukan langkah penertiban.
Khusus di Lotim, informasinya tingkat kerusakan hutannya sudah mencapai 9 ribu hektar. “Hal ini menjadi atensi dewan supaya lahan hutan yang dialihfungsi jadi lahan kebun harus diterbitkan,” ucapnya.
Praktik perambahan hutan ini disinyalir terus terjadi. Jika dibiarkan, maka bahaya besar akan datang mengancam warga.
Dewan Lotim sudah mengingatkan Dinas Pertanian agar dalam pelaksanaan program bantuan benih jagung diminta agar tidak diberikan kepada petani yang menanam di lahan hutan. Program ketahanan pangan jangan dicederai ini dengan praktik merusak hutan.
Mencegah terjadinya kemudaratan itu dinilai jauh lebih baik dibandingkan dengan menghadirkan kemaslahanan. Ungkapan ini dinilai sangat tepat sebagai langkah antisipasi. Karena, m8embabat hutan jadi lahan perkebunan itu jelas akan mendatangkan dampak negatif yang jauh lebih besar.
Selanjutnya, kata politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) ini mengatakan banjir juga terjadi akibat tumpukan sampah di sungai. Sungai sebagai tempat mengalirnya air mengalami sedimentasi sampah. Tak heran, ketika hujan deras mengguyur air sungai meluap ke permukiman warga.
Pemerintah didorong terus gencarkan sosialisasi pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Sampah menjadi biang masalah banjir ini harus diatasi dengan bijak.
Kasus banjir di Orong Bukal Jerowaru beberapa waktu lalu jelas terjadi akibat tumpukan sampah di daerah aliran sungai. Sedimentasi diminta harus diangkut agar air mengalir tidak menimbulkan banjir.
Berikutnya soal pembangunan saluran irigasi diminta juga dapat dilakukan dengan perencanaan matang. “Pembangunan irigasi hasus banyak segera benahi,” pesannya.
Irigasi yang baik akan jadi saluran air layak dan bisa mengurangi risiko terjadinya banjir. Pemerintah harus rajin melakukan pengecekan titik-titik loksi luapan air sebagai langkah antisipasi. (rus)