spot_img
Jumat, Februari 14, 2025
spot_img
BerandaBlogIqbal-Dinda, Meritokrasi dan "Medan Tempur"

Iqbal-Dinda, Meritokrasi dan “Medan Tempur”

Catatan: Agus Talino

SEORANG teman meminta saya menulis tentang meritokrasi. Dia memastikan Iqbal-Dinda akan menerapkan sistem merit secara ketat untuk menghadirkan birokrasi yang berkualitas. Birokrasi yang melayani. Birokrasi yang tangkas mengurai dan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat.

Ini adalah berita baik. Bisa dikatakan sebagai angin segar bagi Pemprov NTB. Era Pemprov NTB “benar–benar”. –saya sengaja memberi tanda pada kata ‘benar-benar”. Untuk memberi “tekanan”. Bahwa Iqbal-Dinda tidak akan terjebak pada praktik politisasi birokrasi.

Taruhannya terlalu mahal bagi Iqbal-Dinda untuk tidak benar-benar selektif menempatkan pejabat yang akan membantu mewujudkan visinya. “Bangkit Bersama. NTB Makmur Mendunia”.

Saya tidak mengatakan. Bahwa kepemimpinan sebelumnya tidak terlalu ketat melaksanakan sistem merit pada penempatan pejabat. Tulisan ini tidak sedang membicarakan kepemimpinan sebelum-sebelumnya. Tetapi membicarakan kepemimpinan Iqbal-Dinda yang telah memenangkan Plkada 2024 di NTB. Dan sudah ditetapkan KPUD NTB sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur NTB terpilih. Dan rencananya akan dilantik, 6 Februari 2025 mendatang.

“Tau jago”. Dua kata ini kerap terlontar pada pergaulan “terbatas” saya dengan teman-teman sesama Sumbawa. Seorang kawan saya suka sekali mengucapkan kata itu ketika melihat atau mendengar cerita kehebatan seseorang.

Selain kata “tau jago”. Ada juga ungkapan lain yang kerap spontan dilontarkan sebagai bentuk kekagumannya melihat kehebatan orang lain. Maknanya mirip-mirip dengan “tau jago”. Ungkapannya dua kata juga. Tetapi satu kata diulang. Sehingga menjadi tiga kata. “Tau boleh-boleh”.

“Tau jago”. Dua kata itu bisa kita alamatkan kepada Iqbal-Dinda. Ketika Iqbal-Dinda tidak terjebak pada politisasi birokrasi. Membentuk dan membangun birokrasi dengan manajemen meritokrasi. Sesuai janjinya. Sesuai komitmennya. Yang pernah disampaikan secara terbuka pada debat calon gubernur dan wakil gubernur yang diadakan KPUD NTB.

Pada saat itu. Pak Iqbal mengatakan, mau bagus seperti apa pun visi-misinya. Kalau tidak memiliki birokrasi yang sehat dan kuat. Tidak mungkin bisa berjalan efektif. Karena itu, Iqbal-Dinda akan melakukan transformasi birokrasi. Elemennya, ada tiga. Satu, perbaikan tata kelola keuangan. Untuk memastikan setiap sen uang pemerintah yang dikeluarkan. Benar-benar bisa untuk kemakmuran rakyat. Kedua, adalah penerapan sistem meritokrasi. Agar setiap orang yang ada di mesin birokrasi. Termotivasi untuk melakukan yang terbaik dalam rangka memberi pelayanan kepada rakyat. Dan yang ketiga, memastikan koordinasi yang kuat antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

Pak Iqbal menyebutkan, alasan melakukan transformasi birokrasi. Kerena NTB dinilai memiliki banyak masalah besar. Salah satunya, adalah kemiskinan.

Sesuai UU No. 20 Tahun 2023. Pengganti UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN. Ruang Iqbal-Dinda menerapkan sistem merit sangat terbuka. Bahkan wajib. Karena bunyi undang-undangnya. Sistem merit wajib dilaksanakan.

Pasal 29 ayat 2 UU No. 20 Tahun 2023 tentang ASN. Bunyinya begini: Pejabat Pembina Kepegawaian wajib melaksanakan sistem merit dalam pelaksanaan kewenangannya. Dan bunyi penjelasannya, sistem merit diselenggarakan sesuai dengan prinsip meritokrasi.

Prinsip meritokrasi adalah prinsip pengelolaan sumber daya manusia yang didasarkan pada kualifikasi, kompetensi, potensi, dan kinerja, serta integritas dan moralitas yang dilaksanakan secara adil dan wajar dengan tidak membedakan latar belakang suku, ras, warna kulit, agama, asal-usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau berkebutuhan khusus.

Persoalannya, dalam penerapan sistem merit pada kepemimpinan Iqbal-Dinda. Boleh jadi tidak sederhana juga. Artinya, Iqbal-Dinda tidak sebatas memberi ruang dan kesempatan yang sama kepada ASN untuk memegang jabatan tertentu. Tetapi Iqbal-Dinda harus memastikan tidak keliru memilih pejabat untuk diajak “berjuang” mewujudkan visi Iqbal-Dinda. “Bangkit Bersama. NTB Makmur Mendunia”.

Belum lama ini. Pak Iqbal keliling ke banyak tempat. Tidak terkecuali ke Pulau Sumbawa. Mungkin Pak Iqbal tidak sebatas ingin menyapa masyarakat. Tetapi ingin melihat, menyelami dan memastikan masalah yang ada di masyarakat. Artinya, Pak Iqbal ingin mengenal betul “medan tempur” yang dihadapi setelah dilantik sebagai gubernur. Tujuannya, agar jalan yang dipilih tidak salah untuk mewujudkan mimpinya membangun NTB. Mewujudkan visi Iqbal-Dinda. “Bangkit Bersama. NTB Makmur Mendunia”.

Mendengar percakapan Pak Iqbal di salah satu media. Sungguh sangat membesarkan hati. Pak Iqbal menyebutkan, NTB memiliki semua parameter yang dibutuhkan untuk menjadi daerah yang maju dan kaya raya. Tanahnya subur. Alamnya indah. SDA-nya luar biasa. Dan SDM-nya pekerja keras. Indikator SDM pekerja keras, Pak Iqbal memberi contoh aktivitas pasar. Pasar sudah mulai beraktivatas pukul 03.00 dini hari. Dan baru sepi pukul 21.00 malam.hari.

Tetapi faktanya, kata Pak Iqbal. NTB tidak pernah bisa keluar dari 10 daerah termiskin di Indonesia. Menurutnya, berarti ada sesuatu yang salah. Mungkin katanya, cara kita mengelolanya. Dan Pak Iqbal menyebutkan, kita perlu cara baru. Perlu paradigma baru untuk mengelola NTB. Sebab cara-cara lama tampaknya sudah tidak bisa lagi dipakai.

Saya suka dengan pikiran Pak Iqbal. Pikiran tentang cara baru mengelola NTB. Harapan saya, Iqbal-Dinda dengan mesin biriokrasi yang dimililiki bisa menjawab semua masalah yang dihadapi NTB.

Membaca Pak Iqbal. Adalah membaca pemimpin yang datang dengan pikiran besar. Pemimpin yang datang dengan cita-cita besar. Tantangannya, Iqbal-Dinda harus bisa memastikan. Bahwa Iqbal-Dinda tidak datang dengan pikiran dan cita-cita besarnya sendiri. Dia harus menjadi pikiran dan cita-cita besar bersama.

Mesin birokrasi harus memahami benar pikiran dan cita-cita besar Iqbal-Dinda membangun NTB. Paham dinamika “lapangan”. Tahu cara menjinakkan dan menaklukkan “medan tempur”. “Medan” yang boleh jadi tidak bisa dipahami sebatas hitam- putih. Sebagaimana ruang politik. Isinya tidak hampa. Tidak.kosong. Dinamikanya bisa saja tinggi. Dan cita-cita Iqbal-Dinda membangun NTB harus sukses. Terwujud visi Iqbal-Dinda. “Bangkit Bersama. NTB Makmur Mendunia”. Semoga.***

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO