Dompu (Suara NTB) – Badan Urusan Logistik (Bulog) akan menyerap langsung gabah petani tanpa melalui pihak ketiga dengan harga Rp6.500 per kg. Harga ini untuk Gabah Kering Panen (GKP) di petani tanpa pemberlakuan standar kualitas gabah. Kendati demikian, penyuluh bersama Babinsa (TNI) dan Babinkamtibmas (Polisi) diharapkan ikut mengedukasi petani agar memanen gabahnya sesuai usia tanam.
“Kita akan menyerap semua gabah petani, dan tidak lagi menerapkan system refaksi seperti ketentuan sebelumnya. Jika sebelumnya penyerapan gabah berdasarkan kualitas untuk kadar air dan kadar hampa, sekarang dibuat sama di tingkat petani seharga Rp6.500 per kg untuk kering panen,” kata Pimpinan Cabang (Pinca) Bulog Bima, Heri Sulistiyo yang membawahi wilayah Bima dan Dompu saat dihubungi, Selasa, 25 Februari 2025.
Bulog juga langsung melakukan transaksi dengan petani dan tidak lagi melibatkan pihak ketiga seperti sebelumnya. Untuk pihak ketiga hanya diberlakukan kerjasama pengeringan gabah dan penggilingan gabah menjadi beras. “Kita langsung melakukan transaksi pembayaran dengan petani,” katanya.
Heri Sulistiyo mengaku, tidak khawatir soal ketersediaan gudang Bulog untuk penyimpanan gabah dan beras yang diserap dari petani. Polanya akan tetap dalam koordinasi Bulog pusat dan pemerintah. Ketika gudang Bulog penuh, akan dikosongkan untuk dibawa keluar daerah memenuhi kebutuhan di wilayah lain. Sehingga stok gabah akan selalu tersedia secara nasional dan gudang penyimpanannya akan selalu mampu menampung gabah yang diserap.
“Ketika gudang kita penuh, kita sampaikan ke pusat, sehingga bisa dilakukan pengosongan untuk dibawa ke wilayah lain. Seperti saat ini, kita sedang mengosongkan gudang. Beras kita setara 3 ribu ton dikirim ke NTT,” jelas Sulistiyo.
Diakui Heri Sulistiyo, system penyerapan gabah saat ini akan memberi konsekwensi dengan resiko tinggi dan ini menjadi tantangan tersendiri. Karenanya, penyuluh, Babinsa (TNI), Babinkamtibmas (Polisi) dan pihak lain dituntut mengedukasi petani untuk tidak memanen muda gabahnya. Ketika dipanen muda, maka bulir mudanya akan banyak dan menghasilkan kualitas beras yang buruk. “Nanti gabah itu setelah menjadi beras akan Kembali lagi ke Masyarakat,” ungkapnya.
Bulog cabang Bima yang membawahi wilayah Bima dan Dompu memiliki target serapan gabah sampai 43 ribu ton setara beras. Taget ini meningkat hamper 3 kali lipat dibandingkan tahun – tahun sebelumnya. Dengan target ini diyakini akan mampu diserap, terlebih adanya keterlibatan TNI dan Polri dalam pendampingan. “Di Dompu saat ini sedang banyak panen spot – spot, makanya tim banyak focus di Dompu untuk penyerapan gabah,” akunya. (ula)