Mataram (Suara NTB) – Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Mataram menggelar lokakarya atau workshop untuk meningkatkan kompetensi guru. Kegiatan itu dilaksanakan di Aula SLBN 2 Mataram pada Selasa (25/2/2025) dan Rabu (26/2/2025).
Kepala SLBN 2 Mataram, Winarna, M.Pd., ditemui di kantornya menjelaskan, kegiatan lokakarya ini diinisiasi oleh SLBN 2 Mataram bekerja sama dengan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SLB Lombok. Lokakarya Upskilling Program Khusus ini mengangkat tema tingkatkan kemampuan dalam memberi pelayanan program khusus untuk anak berkebutuhan khusus.
“(Kegiatan) ini kita pandang perlu karena tidak semua guru itu memiliki kompetensi penuh di bidang itu. Makanya saya sebagai Ketua MKKS se-Lulau Lombok itu membuat Program (lokakarya),” kata Winarna kepada Suara NTB, Rabu (26/2/2025).
Adapun kompetensi yang dimaksud yakni, kemampuan menangani anak berkebutuhan khusus (ABK), seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa. Kompetensi-kompetensi tersebut yang hendak dicapai melalui lokakarya ini. “Karena dalam kurikulum merdeka itu tertuang ada mata pelajaran namanya program khusus,” terang Winarna.
Dalam lokakarya tersebut, SLBN 2 Mataram menghadirkan beberapa narasumber dari dalam negeri dan luar negeri. Sesi pertama lokakarya diisi Dana Bartosova. Perempuan berkebangsaan Republik Ceko itu merupakan terapis okupasi atau occupational therapist anak-anak yang memiliki hambatan sensorik dan motorik, juga hambatan perilaku seperti autis.
Sesi kedua, diisi oleh Lalu Rudy Hidayat, M.Pd., seorang praktisi pendidikan khusus dan guru di SLBN 1 Mataram. Dalam presentasinya, ia menjelaskan macam-macam tipologi autisme dan karakternya. Ia juga menjelaskan treatment yang mesti diberikan untuk menunjang kemandirian anak.
Sesi ketiga, disampaikan oleh Muji Murtiningsih, S.Fis., Ftr., M.Kes., tentang celebral palsy atau lumpuh otak.
Sementara materi keempat membahas bagaimana bina persepsi bunyi dan irama terhadap anak-anak yang mempunyai hambatan pendengaran dan komunikasi. Materi tersebut disampaikan langsung oleh Agus Dwi Cahyono, praktisi pendidikan khusus yang juga merupakan seorang guru di SLBN 2 Mataram.
Materi terakhir disampaikan oleh Erna Fitriatun, SE., M.Si., praktisi pelayanan individual. Erna membicarakan masalah hambatan intelektual untuk anak ABK dan penanganannya.
Menurut Winarna, sebanyak 40-an peserta hadir dalam lokakarya ini. Ia telah meminta satu perwakilan setiap SLB di Lombok untuk hadir di acara itu. Dua guru dari Sumbawa Besar juga ikut hadir. “(Wali murid) kalau tidak salah ada empat orang. Jadi ini penting, karena apa yang diajarkan dan dilatih di sekolah, harus berkesinambungan di rumah,” jelasnya.
Winarna berharap, semua guru baik yang di pulau Lombok maupun di pulau Sumbawa juga seluruh institusi SLB bidang studi program khusus dapat berjalan dengan baik. “Gurunya harus mempunyai bekal (kompetensi). Dengan cara ikut workshop atau pelatihan lainnya,” harapnya.
Ia juga mengungkapkan bahwa kegiatan semacam ini akan rutin dilaksanakan. “Tiap tahun harus ada supaya update pengetahuan,” pungkasnya.
Sementara itu, Muji Murtianingsih, S.Fis., Ftr., M.Kes., selaku pembicara dalam lokakarya ini menyampaikan, beberapa keluhan yang dihadapi para guru SLB dalam menangani ABK. Khususnya anak-anak yang mengalami hambatan fisik. Salah satunya terkait banyak bangku sekolah yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan anak.
“Jadi kalau saya tadi kasih masukkan bahwa ergonomi dari posisi anak-anak itu sangat penting. Apalagi yang hambatan fisik,” katanya.
Terkait penanganan, Murti menjelaskan dari segi fisioterapi ada beberapa penanganan yang dapat dilakukan. Namun, dia hanya menjelaskan sebagian kecilnya saja dalam lokakarya ini. “Terus untuk kebutuhan di sekolah dengan kebutuhan di praktik berbeda ya. Jadi hari ini saya sesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh sekolah. Terutama adalah positioning. Jadi memberi posisi yang tepat pada anak cerebral palsy saat di kelas,” ujarnya. (sib)