PERTENGAHAN Ramadan ini, masyarakat dikejutkan dengan takaran minyak goreng bersubsidi merek MinyaKita yang diduga tidak sesuai dengan ukurannya. Ingin mendapatkan harga minyak yang murah, namun justru masyarakat mendapatkan yang tidak sesuai takaran. Kondisi ini tidak hanya terjadi secara nasional, tapi merata di seluruh Indonesia, termasuk di NTB.
Program MinyaKita dirancang membantu masyarakat dengan harga minyak goreng yang terjangkau. MinyaKita, yang diluncurkan oleh pemerintah sebagai upaya untuk mengendalikan harga minyak goreng di tengah lonjakan harga pasar, memiliki tujuan utama untuk meringankan beban ekonomi masyarakat.
Bukannya mengurangi beban masyarakat. Namun, takaran MinyaKita yang tidak sesuai semakin menambah beban. Oknum-oknum pengusaha yang dipercaya oleh pemerintah menjadi produsen MinyaKita justru memproduksi tidak sesuai takaran.
Pihak berwenang baru-baru ini menemukan bahwa sejumlah kemasan MinyaKita di pasar, termasuk di Kota Mataram berisi tidak sesuai dengan standar. Beberapa produk mengandung kadar minyak yang lebih sedikit dari yang tertera pada label.
Pedagang yang berjualan di pasar pun jadi sasaran. Mereka menjadi sasaran keluhan dari pembeli, karena isi dan harga tidak sesuai. Seperti yang dialami Kadek Budiarta, pedagang di Pasar Mandalika Kota Mataram.
Kadek Budiarta, mengaku dirinya pernah menerima keluhan dari pembeli terkait kekurangan takaran minyak goreng subsidi.
“Setelah mendapat komplain dari pembeli, kami coba timbang ulang dan ternyata memang ada kekurangan takaran. Sebagai solusi, setiap ada pembeli, kami tetap menginformasikan bahwa takaran minyak ini kurang,” jelasnya saat ditemui, Kamis 13 Maret 2025.
Meski demikian, minyak subsidi tersebut tetap diminati oleh masyarakat, karena harganya yang lebih terjangkau dibandingkan minyak goreng non-subsidi.
Diakuinya, fenomena ini bukan disebabkan oleh pedagang, melainkan terjadi sejak dari pihak produsen. “Banyak minyak yang timbangannya kurang, tapi itu bukan dari kami sebagai pengecer. Memang sudah seperti itu dari pabriknya,” tambahnya
Sementara itu, ada pula pedagang yang memilih tidak menjual MinyaKita untuk menghindari keluhan dari pembeli.
Komang, seorang pedagang sembako, menyatakan dirinya lebih memilih untuk menjual minyak dari distributor yang sudah terpercaya.
“Kami hanya mengambil minyak dari distributor yang sudah jelas untuk menghindari komplain dari konsumen,” ujar Komang.
Pedagang berharap pemerintah lebih serius dalam melakukan pengawasan dan tidak hanya bertindak ketika isu ini menjadi sorotan publik. Mereka juga mendesak agar ada kebijakan yang lebih tegas terhadap produsen yang tidak mematuhi standar takaran yang telah ditetapkan.
Begitu juga dengan Hj. Fitria, salah satu warga mengaku mempertanyakan harga MinyaKita yang tidak sesuai dengan takaran. Bahkan, kalau dikemas atau dibungkus seperti minyak curah, harganya jauh lebih mahal.
‘’Terkadang harganya jadi lebih mahal. Misalnya kadang-kadang kita beli minyak seperempat liter Rp6.000. jika harga MinyaKita seliter Rp17.000 di pasaran, maka harganya jauh lebih mahal,’’ ungkapnya.
Beda halnya dengan Siti, warga Mataram. Dirinya lebih senang membeli minyak goreng yang berkualitas. Menurutnya, ada perbedaan besar saat menggoreng menggunakan minyak yang disubsidi dengan minyak yang harganya lebih mahal.
‘’Saya jarang menggunakan MinyaKita. Lebih baik minyak goreng yang agak mahalan, tapi masih tetap bening meski lama dipakai. Malahan, minyak goreng itu bisa diminum juga,’’ ungkapnya.
Sebelumnya, tim gabungan Dinas Perdagangan Kota Mataram melakukan sidak terhadap minyak goreng kemasan MinyaKita di Pasar Kebon Roek, Kota Mataram.
Hasilnya ditemukan kekurangan volume yang berbeda-beda pada MinyaKita yang dijual para pedagang.
Di Toko Hj. Masriah, ditemukan berat MinyaKita 0,98 mililiter dari berat seharusnya 1 liter. Setelah dikonversi dan dikurangi berat kemasan terdapat kekurangan 5 mililiter. Perusahaan yang mendistribusikan minyak goreng subsidi adalah PT. CPO.
Lalu pada Toko Tawan ditemukan Takaran minyak goreng diduga disunat cukup fantastis dari takaran 1 liter hanya berisi 0,84 milliliter. Perusahaan yang memproduksi adalah PT. AWP. (don/ham)