Mataram (Suara NTB) – Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI), Christina Aryani, MH, memberikan kuliah umum di Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Mataram, Rabu, 26 Maret 2025. Kuliah ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai peluang kerja tenaga kesehatan di luar negeri.
Dalam kesempatan ini, Wamen didampingi Abri Danar Prabawa dari Direktorat Pembinaan Kelembagaan Vokasi Kementerian P2MI. Diyah Rejekiningrum dari Direktorat Penempatan Pemerintah Kementerian P2MI. Kepala BP3MI NTB, Noerman Adhiguna dan jajaran. Serta diikuti mahasiswa dan civitas akademik Poltekkes Mataram.
Dalam paparannya, Wamen P2MI mengungkapkan bahwa tren tenaga kesehatan Indonesia yang bekerja di luar negeri semakin meningkat dari tahun ke tahun.
“Kami melihat bahwa tren ini terus meningkat. Tahun lalu saja sudah lebih dari 234 tenaga kesehatan yang berangkat ke luar negeri. Antusiasme mahasiswa juga sangat tinggi dan mereka ingin mengetahui lebih lanjut mengenai peluang ini,” ujar Christina.
Christina menekankan bahwa peluang kerja tenaga kesehatan tidak hanya terbuka di Jepang, tetapi juga di Jerman, Amerika Serikat, dan berbagai negara lainnya. Ia menambahkan bahwa penting bagi mahasiswa untuk mempersiapkan diri sejak dini, terutama dalam hal penguasaan bahasa asing. “Poltekkes Mataram sudah memiliki kelas pembelajaran Bahasa Jepang, dan ini merupakan langkah yang baik. Namun, kami juga mendorong agar pembelajaran Bahasa Jerman dan bahasa lainnya juga dibuka,” jelasnya.
Selain aspek bahasa, Christina juga menyoroti pentingnya penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan masing-masing negara tujuan.
“Setiap negara memiliki spesialisasi dan standar kompetensi yang berbeda. Oleh karena itu, kampus harus melakukan penyesuaian agar lulusan dapat bersaing di pasar kerja internasional,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Christina juga mengingatkan mahasiswa agar berhati-hati dalam mencari informasi mengenai rekrutmen tenaga kerja ke luar negeri.
“Banyak iklan rekrutmen di media sosial yang menawarkan syarat mudah, pendidikan tidak penting, dan gaji besar. Ini harus diwaspadai karena bisa jadi itu adalah modus penipuan. Oleh karena itu, pastikan semua informasi diverifikasi melalui BP3MI dan platform resmi seperti sisco P2MI,” tegasnya.
Terkait biaya keberangkatan, Christina menjelaskan bahwa program penyaluran tenaga kerja ke luar negeri melalui skema Government to Government (G to G) memiliki sistem pendanaan yang lebih terstruktur dan aman.
“Dalam skema G to G, biaya sudah terpetakan dengan baik dan ada dukungan, seperti kursus bahasa yang diberikan secara gratis atau dengan biaya yang lebih ringan,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah juga sedang menyiapkan skema pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus bagi calon pekerja migran dengan total anggaran sebesar Rp200 miliar.
“Saat ini, kami masih menunggu regulasi dari Menko Perekonomian. Namun, yang pasti, bunga KUR ini akan ditetapkan sebesar 6% tanpa tambahan biaya lainnya, sehingga lebih terjangkau bagi calon pekerja migran,” paparnya.
Christina menjelaskan bahwa pemerintah terus mendorong penempatan tenaga kerja di luar negeri sebagai salah satu solusi bagi masyarakat dalam mencari penghidupan yang lebih baik.
“Tidak ada yang salah dengan mencari penghidupan di luar negeri, asalkan dilakukan secara legal dan sesuai prosedur agar tenaga kerja kita terlindungi. Ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan di dalam negeri,” pungkasnya.
Dengan adanya kuliah umum ini, diharapkan mahasiswa Poltekkes Mataram lebih memahami peluang dan tantangan bekerja di luar negeri serta dapat mempersiapkan diri dengan baik agar sukses di pasar kerja internasional.(bul)