Mataram (Suara NTB) – Inflasi di Kota Mataram mengalami peningkatkan dari bulan Maret 1,5 persen menjadi 2,07 persen pada bulan April. Faktor penyumbang inflasi disebabkan mahalnya harga emas dan cabai rawit.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kota Mataram, pada April 2025 terjadi inflasi year on year sebesar 2,07 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,48 pada April 2024 menjadi 108,68 pada April 2025. Sedangkan untuk mount to mount mengalami inflasi dengan tingkat sebesar 0,7 persen dan tingkat inflasi y-to-d sebesar 1,57 persen. Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya 10 indeks kelompok pengeluaran dari total sebelas indeks kelompok, yaitu: kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 12,32 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,46 persen; kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,24 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,21 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,57 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,39 persen; kelompok transportasi sebesar 1,06 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,00 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,65 persen; dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,45 persen. Sedangkan penurunan indeks kelompok pengeluaran terjadi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,69 persen.
Sepuluh komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada April 2025, antara lain emas perhiasan, cabai rawit, beras, sewa rumah, kopi bubuk, minyak goreng, bawang merah, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, sepeda motor, dan sigaret kretek mesin (skm). Sedangkan sepuluh komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain tomat, daging ayam ras, telepon seluler, angkutan udara, shampo, pisang, kacang panjang, bensin, telur ayam ras, dan tarif pulsa ponsel. Sementara sepuluh komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m, antara lain: tarif listrik, emas perhiasan, angkutan udara, bawang merah, ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, ayam goreng, sabun mandi, tempe, tahu mentah, dan tauge/kecambah. Sedangkan sepuluh komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m pada April 2025, antara lain cabai rawit, daging ayam ras, cabai merah, kangkung, udang basah, tarif pulsa ponsel, terong, semangka, bensin, dan wortel. Pada April 2025, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,74 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,70 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,19 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,17 persen; kelompok transportasi sebesar 0,13 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,08 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,07 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,06 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,02 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,01 persen. Sedangkan pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,10 persen.
Kepala Bagian Ekonomi dan Sumber Daya Alam Setda Kota Mataram, Luh Putu Sari Savitri dikonfirmasi pada, Senin, 5 Mei 2025 membenarkan inflasi mengalami kenaikan di bulan April mencapai 2,07 persen dibandingkan bulan Maret hanya 1,5 persen. Inflasi di bulan April dinilai masih wajar alias aman karena masih dalam range 2,5 plus minus 1. Artinya, tidak melebih 3,5 dan tidak di bawah 1,5. “Inflasi kita masih aman karena masih di bawah 3,5 persen dan tidak di bawah 1,5 persen,” terangnya.
Inflasi mengalami kenaikan karena penyesuaian dari subsidi tarif listrik di bulan sebelumnya dan naiknya harga emasi perhiasan. Ia menegaskan, tarif emas dan listrik tidak bisa diintervensi oleh daerah. Kabupaten/kota lanjutnya, hanya dapat mengintervensi volatile food atau bahan makanan saja. (cem)