PEMPROV NTB, saat ini telah mendistribusikan 5.530 unit pompa air untuk mengaliri lahan pertanian. Selain itu, ada juga tambahan dari Kementan 500 unit pompa di tahun ini.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) NTB, Muhamad Taufieq Hidayat menyatakan, musim kemarau tahun ini merupakan musim kemarau basah. Sehingga ketersediaan air di NTB cukup untuk mengairi lahan pertanian.
Tahun ini kita punya 5.530 unit pompa aktif, ditambah lagi bantuan 500 unit dari Kementerian Pertanian yang sekarang sedang dalam proses distribusi. Dengan ini kita cukup percaya diri menghadapi kemarau, ujarnya.
Menurutnya, kondisi kemarau tahun ini tidak separah tahun lalu. Tahun ini, hujan masih turun meski terjadi pergantian musim. Ini memungkinkan pemanfaatan air cadangan dan sistem irigasi untuk mendukung musim tanam kedua.
Kami menargetkan luas panen bisa mencapai 430 ribu hektare, meningkat dari 280 ribu hektare tahun lalu. Ini bukan tanpa dasar, karena sejak awal tahun kami sudah siapkan mitigasi, jelasnya.
Bantuan pompa air dinilai sangat membantu, terutama dalam menghadapi keterbatasan sumber air di beberapa wilayah.
Taufieq menjelaskan, untuk sasaran bantuan ini, Pemprov NTB telah mendata Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL). Daerah yang menjadi sasaran adalah daerah-daerah yang memiliki cadangan atau cekungan air.
Supaya tidak sia-sia, maka disitulah tempat kita melakukan Survei Investigasi dan Desain (SID), terangnya.
Untuk memastikan kapasitas air di NTB tidak mengganggu proses pertanian, Distanbun bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) tengah melakukan identifikasi wilayah yang memiliki potensi air cukup. Sementara untuk daerah yang tidak memiliki cukup air, akan dilewati agar tidak menghambat produktivitas.
Gubernur NTB, lanjut Taufieq juga akan menyurati seluruh kabupaten/kota agar segera menyesuaikan rencana tanam dengan kondisi nyata di lapangan.
Sehingga kita betul-betul daerah-daerah yang ada cadangan airnya, sehingga daerah yang ada cadangan air itu yang akan kita konstruksikan, ucapnya. (era)
