spot_img
Senin, Juni 23, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMKekerasan Seksual Anak Semakin Berat dan Beragam

Kekerasan Seksual Anak Semakin Berat dan Beragam

Mataram (Suara NTB) – Kasus kekerasan terhadap anak, terutama kekerasan seksual, terus menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram mengingatkan semua pihak akan pentingnya memberikan perhatian serius terhadap permasalahan ini.

Ketua LPA Kota Mataram, Joko Jumadi, menyampaikan bahwa secara umum, kasus kekerasan seksual terhadap anak di tahun 2025 ini jauh lebih beragam dan berat dibandingkan tahun sebelumnya.

“Tahun ini lebih ngeri. Ada kasus sodomi, di mana korbannya anak usia 5 tahun, dan pelakunya anak usia 8 tahun. Ada juga kasus incest, antara kakak dengan adik, bahkan ayah dengan anak kandungnya sendiri. Lebih bervariasi dan ngeri-ngeri sedap,” paparnya saat diwawancarai pada Selasa, 13 Mei 2025.

Salah satu bentuk kekerasan yang kini menjadi sorotan serius adalah praktik eksploitasi seksual anak melalui sistem Open PO (Booking Order), yang disebut semakin marak terjadi di kalangan pelajar SMP dan SMA di Kota Mataram.

“Kenyataan bahwa di sekitar kita banyak anak-anak, khususnya di kalangan SMP dan SMA, yang sudah terlibat dalam transaksi Open BO. Ini sangat memprihatinkan. Inilah yang seharusnya menjadi PR kita bersama, bagaimana kita bisa memberikan pendidikan dan pendampingan yang tepat untuk mencegah dan menghentikan praktik-praktik seperti ini,” ucapnya.

Salah satu kasus yang kini tengah ditangani LPA adalah eksploitasi seksual terhadap anak SD oleh kakak kandungnya sendiri. Kasus ini kini dalam proses pendalaman oleh pihak kepolisian, dan LPA fokus pada pendampingan para korban.

“Korbannya ada dua. Yang pertama adalah bayi, yang saat ini masih dirawat di rumah sakit. Kondisinya masih dalam tahap terapi pemulihan. Kemudian yang kedua adalah ibu dari bayi tersebut. Kondisi psikologisnya juga masih dalam tahap pemulihan, dan saat ini sedang berada di rumah aman. Kami terus dampingi dan berikan support agar bisa pulih secara menyeluruh,” jelas Joko.

Menurutnya, akar persoalan kasus kekerasan dan eksploitasi seksual terhadap anak kerap berawal dari lingkungan keluarga yang tidak kondusif. Banyak anak yang menjadi korban berasal dari keluarga yang telah bermasalah sejak awal,baik akibat perpecahan rumah tangga, pernikahan usia anak, hingga minimnya pengawasan dari orang tua.

Kondisi tersebut menciptakan ketidakstabilan emosional dan psikologis yang serius bagi anak. Anak-anak yang tumbuh dalam situasi broken home dan minim pengasuhan, rentan mengalami kekerasan, baik fisik maupun seksual. Masalah ini pun menjadi sangat kompleks karena berkaitan langsung dengan faktor sosial, ekonomi, serta sistem pengasuhan yang belum memadai.

“Ini bukan sekadar soal penindakan, tapi soal membangun kesadaran dan nilai di tengah-tengah anak-anak, agar mereka tahu batas, paham risiko, dan punya pegangan moral yang kuat,” pungkasnya.(hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -










VIDEO