spot_img
Minggu, Juni 22, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMDestinasi Wisata Buatan di Mataram Menanti Keunikan untuk Menarik Wisatawan

Destinasi Wisata Buatan di Mataram Menanti Keunikan untuk Menarik Wisatawan

Mataram (Suara NTB) – Revitalisasi sejumlah destinasi wisata buatan di Kota Mataram terus dilakukan pemerintah kota demi mempercantik wajah kota dan menarik minat wisatawan. Namun, upaya tersebut dinilai belum cukup jika tidak dibarengi dengan penonjolan keunikan lokal yang mampu menciptakan pengalaman wisata yang berkesan dan berkelanjutan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah Kota (Pemkot) Mataram gencar melakukan revitalisasi terhadap sejumlah destinasi wisata buatan. Beberapa kawasan yang telah dipercantik antara lain Taman Wisata Loang Baloq, Taman Sangkareang, Taman Udayana, dan yang terbaru, Eks Pelabuhan Ampenan.

Revitalisasi ini bertujuan untuk menjadikan destinasi wisata lebih bersih, tertata, dan nyaman bagi pengunjung. Di sisi lain, langkah ini juga diharapkan mampu meningkatkan daya tarik wisata yang secara langsung dapat mendorong perputaran ekonomi lokal serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.

Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Mataram pun telah menetapkan target ambisius: pada tahun 2025 mendatang, kunjungan wisatawan ditargetkan mencapai 862.000 orang, baik dari wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun demikian, Kepala Dispar Kota Mataram, Cahya Samudra, mengakui bahwa hingga kini destinasi wisata yang ada di Kota Mataram belum mampu menjadi magnet utama bagi wisatawan domestik maupun asing. Hal ini karena sebagian besar destinasi yang dimiliki ibu kota Provinsi NTB tersebut merupakan wisata buatan, sedangkan wisatawan yang datang ke Lombok umumnya lebih tertarik dengan wisata alam.

Salah seorang wisatawan lokal asal Mataram, Andin, turut mengungkapkan pendapatnya mengenai destinasi wisata buatan yang ada. Ia menilai bahwa meskipun kawasan-kawasan tersebut sudah terlihat bersih dan cukup rapi, namun masih belum memiliki identitas lokal yang kuat.

“Misalnya, kalau kita pergi ke Taman Wisata Loang Baloq atau Taman Sangkareang, suasananya memang nyaman, tapi belum ada yang menonjol sebagai ciri khas lokal yang membuat kita merasa lebih dekat dengan kebudayaan Lombok,” ujarnya.

Lebih lanjut, Andin menyarankan agar unsur kuliner lokal lebih ditonjolkan di destinasi wisata. “Untuk makanan khas, mungkin bisa lebih diperkenalkan lagi di tempat-tempat wisata itu, seperti hidangan khas yang sulit ditemukan di tempat lain. Kalau ada tempat makan yang benar-benar menyajikan makanan khas Lombok dengan cara yang berbeda, itu bisa jadi daya tarik lebih,” tuturnya.

Pengamat Pariwisata dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, I Putu Gede, menyampaikan bahwa wisata buatan di Mataram perlu berani menampilkan keunikan agar bisa bersaing dengan destinasi wisata alam. Menurutnya, pengembangan destinasi tidak cukup hanya mengandalkan keindahan atau budaya semata. Diperlukan pendekatan yang menyeluruh, dengan mengintegrasikan tiga elemen penting: akses, amenitas, dan atraksi.

“Konsep 3A, Akses, Amenitas, dan Atraksi, merupakan fondasi penting dalam membangun kawasan wisata, baik buatan maupun alami, yang nyaman dan berkelanjutan,” ujar Putu kepada Suara NTB pada 7 Mei 2025 lalu.

Dalam konteks akses, Putu menjelaskan bahwa ini tidak hanya mencakup infrastruktur jalan, tetapi juga mencakup aspek lain seperti penerangan, ketersediaan air bersih, dan jaringan internet yang stabil. Semua faktor ini menjadi penunjang utama bagi kenyamanan masyarakat dan wisatawan.

Kemudian, aspek amenitas menjadi bagian penting yang tidak boleh diabaikan. “Fasilitas seperti toilet yang layak, tempat parkir, akomodasi ramah lingkungan, serta pengelolaan sampah dan energi terbarukan sangat penting untuk menciptakan kawasan yang nyaman dan ramah lingkungan,” tuturnya. Amenitas yang memadai akan membuat pengalaman wisata menjadi lebih berkesan dan menyenangkan.

Sementara itu, untuk atraksi, Putu menegaskan bahwa konsepnya tidak harus terbatas pada pertunjukan budaya atau panorama alam. Atraksi juga bisa berupa kehidupan masyarakat lokal yang khas dan otentik. “Bisa menghadirkan hal-hal unik lainnya yang ada pada kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti kerajinan tangan, makanan khas Lombok misalnya, dijual di sana. Hal-hal seperti ini bisa menjadi daya tarik yang sangat menarik bagi pengunjung meskipun destinasi yang dikunjungi adalah wisata buatan,” terangnya.

Putu menilai, dari ketiga aspek tersebut, akses di destinasi wisata buatan Kota Mataram sudah terpenuhi. Namun, aspek amenitas dan atraksi masih perlu dioptimalkan lebih lanjut agar benar-benar mampu menarik minat wisatawan.

Lebih jauh, Putu menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengembangan kawasan wisata. Menurutnya, tidak cukup hanya dari sisi pemerintah, tetapi masyarakat dan pelaku industri pariwisata juga harus terlibat aktif.

“Peran masyarakat setempat sangat penting dalam menghadirkan unsur kehidupan sehari-hari yang unik. Hal ini tidak hanya membuat wisatawan merasa lebih terhubung dengan lokalitas, tetapi juga memberikan manfaat langsung kepada masyarakat,” tutupnya. (hir)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -










VIDEO