Mataram (Suara NTB) – Jumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Kota Mataram terus menunjukkan peningkatan signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Berdasarkan data terbaru per Mei 2025, tercatat sebanyak kurang lebih 359 orang PMI dengan berbagai negara tujuan.
Dengan jumlah penduduk Kota Mataram yang mencapai 459.683 jiwa, permintaan terhadap lapangan kerja meningkat dari waktu ke waktu. Namun demikian, tidak semua penduduk usia kerja dapat terserap oleh sektor formal yang tersedia di dalam negeri.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Mataram, Rudi Suryawan, mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran di Kota Mataram mengalami kenaikan sebesar 0,5 persen. Menurutnya, hal ini dipicu oleh terbatasnya lapangan kerja, sehingga sebagian warga memilih mencari peluang di luar negeri melalui jalur resmi yang difasilitasi pemerintah.
Ia menjabarkan data terkini terkait distribusi negara tujuan para PMI asal Kota Matarsm. “Malaysia masih menjadi negara tujuan utama dengan 218 orang PMI. Disusul oleh Arab Saudi (53 orang), Singapura (24 orang), Taiwan (15 orang), Hongkong (14 orang), dan Turki (11 orang). Sementara negara tujuan lainnya seperti Jepang, Uni Emirat Arab (UEA), Brunei Darussalam, Kroasia, Italia, Hungaria, Maladewa, Kuwait, Bulgaria, dan Bahrain mencatatkan jumlah pengiriman di bawah lima orang masing-masing,” sebutnya saat dikonfirmasi pada Jumat, 16 Mei 2025.
Rudi menyebut bahwa mayoritas PMI berasal dari dua kecamatan di Kota Mataram, yaitu Sekarbela dan Sandubaya. Kedua wilayah ini dikenal sebagai kantong utama migrasi tenaga kerja karena jumlah penduduk yang padat serta terbatasnya peluang kerja lokal.
Jika mengacu pada data bulan Maret 2025, jumlah PMI yang terdaftar saat itu baru mencapai 169 orang. Negara tujuan terbanyak tetap Malaysia (83 orang), diikuti oleh Singapura (18 orang), Arab Saudi (17 orang), Turki (12 orang), Kuwait dan Taiwan (masing-masing 11 orang), serta Hongkong (8 orang). Sementara negara lainnya seperti Brunei, Malta, Polandia, UEA, dan Kroasia hanya mencatat pengiriman di bawah tiga orang.
“Para PMI tersebut ada yang bekerja jadi perawat lansia, sopir, dan yang paling banyak bekerja di perkebunan sawit di Malaysia, ada juga yang di pabrik” katanya.
Lonjakan jumlah PMI dalam dua bulan terakhir menunjukkan meningkatnya minat masyarakat untuk bekerja di luar negeri.
“Banyak di antara mereka terdorong oleh harapan untuk memperoleh penghasilan lebih baik demi menunjang ekonomi keluarga,” tambahnya.
Selama tahun 2024, tercatat 786 warga Kota Mataram telah bekerja sebagai PMI di 12 negara. Bila dibandingkan dengan capaian tahun berjalan hingga Mei 2025, maka angka tersebut sudah hampir mencapai separuh dari total PMI tahun lalu. Sedangkan pada tahun 2023, jumlah PMI asal Mataram tercatat sekitar 700 orang.
Tren ini menandakan bahwa bekerja ke luar negeri masih menjadi alternatif yang diminati masyarakat Kota Mataram dalam menghadapi tekanan ekonomi. Kendati demikian, penting untuk memastikan bahwa seluruh proses migrasi dilakukan secara sah dan aman demi melindungi hak-hak para pekerja.
Untuk mencegah terjadinya penempatan non-prosedural, Disnaker aktif melakukan edukasi langsung kepada masyarakat. “Upaya pencegahan dengan edukasi dan sosialisasi dilakukan melalui kelurahan dan lingkungan khususnya kepada masyarakat yang berminat menjadi calon PMI agar berangkat melalui jalur resmi,” ujarnya.
Pemerintah Kota Mataram melalui Dinas Tenaga Kerja terus berupaya memperkuat pelatihan serta pendampingan bagi calon PMI agar proses migrasi berjalan sesuai prosedur dan membawa manfaat optimal. Dengan demikian, para PMI diharapkan mendapatkan perlindungan maksimal, baik sebelum, selama, maupun setelah mereka bekerja di luar negeri.(hir)