Selong (Suara NTB) – Selasa, tanggal 27 Mei 2025, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lombok Timur (Lotim) menggelar bedah buku berjudul Kearifan Lokal Etnis Sasak, Menabur Nilai nilai Perdamaian dalam pendidikan. Buku ini ditulis Dr. Habibuddin, dosen Universitas Hamzanwadi Pancor.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lotim, Dr. H. Mugni mengatakan anggaran bedah buku dua kali yang dibiayai pemerintah pusat melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik tahun 2025. Kegiatan ini digelar dengan tujuan meningkatkan minat baca. Dari bedah buku dengan sendirinya menambah koleksi buku di Perpustakaan Lotim.

Melalui kegiatan bedah buku, bisa memperkaya dan menyempurnakan buku. “Itulah hakikat dari bedah buku,” ucapnya.
Melalui kegiatan bedah buku diharapkan ada masukan dari peserta untuk menyempurnakan. Buku berjudul Kearifan Lokal Etnis Sasak ini merupakan buku kedua dibedah setelah sebelumnya berjudul Budaya Suku Sasak. Buku Kearifan Lokal ini menambah referensi bagi masyakat untuk mengetahui nilai budaya masyarakat suku Sasak.
Buku yang dibedah merupakan karya penulis lokal. Sengaja diangkat tema lokal untuk mengembangkan kemampuan menulis para penulis lokal. “Itu nilai yang ingin disampaikan oleh perpustakaan nasional untuk menjaga nilai-nilai budaya lokal,” sebutnya.
Buku karya Dr. Habibuddin itu dinilai Mugni sangat bagus sekali. Ada nilai-nilai yang harusnya bisa mewarnai aktivitas pendidikan di formal maupun informal.
Dalam kegiatan bedah buku dihadirkan 50 orang peserta dari 50 instansi. Yakni 18 perguruan tinggi se Lotim, 25 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat dan lainnya. Pilihan peserta ini ditujukan agar lebih menyebar.
Dirinya mendorong penulis lokal untuk terus berkarya melahirkan tulisan-tulisan yang inspiratif dan menambah koleksi buku di Perpustakaan Lotim.
Dr. Habibuddin, dalam bukunya tersebut menguraikan perdamaian hidup etnis Sasak telah lama diungkap dan menjadi catatan khusus Cornelis de Houtman saat melakukan ekspedisi pertamanya di Lombok tahun 1596. Sasak etnis lokal memiliki pengetahuan mencakup dimensi sosiologis. teologis, dan kosmologis, di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur.
Nilai-nilai tersebut ada dalam tradisi lisan, manuskrip, ritus, pengetahuan tradisi. adat istiadat, dan lain-lain. Hal tersebut turut mempengaruhi cara berpikir masyakat dan bertindak pada kehidupan individu, sosial. maupun rohani. Nilai-nilai tersebut diperoleh dari papuq baloq atau toaq lokaq (nenek moyang. leluhur) melalui awig-awig (aturan-aturan), tata krama (kara tata), dan adat tapsila (adat pergaulan). Nilai nilai tersebut menjadi pembelajaran dalam perdamaian hidup.
Di antara nilai-nilai luhur tersebut ada istilah saling ajinang. Artinya, saling menghargai. Mengakui keberadaan orang lain. Menciptakan rasa persaudaraan. Saling hormati perbedaan. Orang Sasak juga mengenal Beriuq Tinjal, yakni saling gotong royong atau melakukan aktivitas bersama-sama. Ada juga Istilah kearifan lokal etnis Sasak dengan istilah Paut. Paut ini dimaknai hidup sederhana. Ketika belanja sesuai dengan kebutuhan atau keperluannya saja.
Lainnya lagi dikenal istilah Sasak, Genem. Yakni gambaran orang kreatif dan penuh inovasi. Bersikap luwes, elaboratif, evaluatif dan lainnya. ‘’Banyak lagi kearifan orang Suku Sasak lainnya yang perlu dipertahankan karena menjadi nilai luhur yang luar biasa,’’ ujarnya. (rus)