Mataram (Suara NTB) – Empat Calon Jemaah Haji (CJH) embarkasi Lombok meninggal di Arab Saudi. Satu orang Kelompok Terbang (Kloter) I asal Lombok Barat, dua orang Kloter III asal Mataram, dan satu orang Kloter IV asal Lombok Timur.
Jemaah asal Lombok Barat, Sahrim Sulaiman (83) laki-laki meninggal di Makkah pada Jumat, 23 Mei 2025 karena penyakit sepsis dan syok septik, dua jemaah asal Mataram, Sugianto Yoso Pawiro (69) laki-laki meninggal di Makkah pada Rabu, 21 Mei 2025 karena penyakit stroke iskemik atau stroke infark, dan Marhanah Muhamad (82) perempuan meninggal dunia pada Jumat, 16 Mei 2025 di Makkah karena penyakit serangan jantung. Jemaah asal Lombok Timur, Padilah Sulaeman (54) laki-laki meninggal dunia di Madinah pada Sabtu, 10 Mei 2025 karena terserang syok hipovolemik.
Sementara, 14 orang jemaah lainnya dirawat di Rumah Sakit karena mengalami penurunan kesehatan. Empat orang jemaah dirawat di Mekkah, yaitu Nurseh Tinah (65), Masitah Zainudin (56), Hadijah Muhamad Saleh Yusuf (57), Jamilah Hanapi (49).
Satu orang dirawat di Jeddah, Hariyadi Norman (44), dan sisanya atau delapan orang dirawat di Madinah, di antaranya Dirasih Puasa (53), Mahani Mustar (52), Purnasih Langsi (83), M. Saleh Ahmad (59), Mur Amaq Irah (68) M. Nur Sirady M Sirady (64), Mariama Yunus (62), Hasan Yakub Jumadi (78), dan Senah Jenah (69).
Kepala Kanwil Kemenag NTB, Zamroni Aziz mengatakan seluruh jemaah yang meninggal dunia dan sakit saat menjalankan ibadah haji sudah tertangani dengan baik. Mereka telah ditangani dan didampingi oleh petugas kesehatan baik yang berasal dari Kemenag NTB dan Arab Saudi.
“Dan yang meninggal pelayanan pelayanannya diurus luar biasa diurus oleh teman-teman termasuk oleh Sarikah dan termasuk pemerintah Arab Saudi, dari mulai pemandiannya kemudian salat jenazahnya,“ ujar Zamroni dalam keterangan resmi, Selasa, 27 Mei 2025.
Ia menjelaskan, jemaah dengan kondisi penurunan kesehatan ringan akan dirawat di hotel oleh tim medis, namun, jika kondisi kesehatan jemaah turun drastis, maka akan dibawa ke layanan kesehatan, jika kondisinya tidak membaik, akan dibawa ke rumah sakit.
“Jadi tidak ada jamaah yang tidak terlayani perawatan kesehatannya, jadi pemerintah Arab Saudi komitmen betul terhadap jamaah karena itu sudah MoU,” terangnya.
Adapun jika jamaah dalam kondisi sakit dan tidak memungkinkan untuk melintasi arena Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), ada kebijakan murur dari Kemenag. Kebijakan murur yaitu kebijakan yang memungkinkan jemaah haji yang memiliki uzur (halangan) untuk melintasi Muzdalifah tanpa harus bermalam di sana saat puncak ibadah haji.
“Nanti jamaah bersangkutan akan dibawa pakai ambulans untuk masuk ke arena Armuzna, setelah itu dikembalikan ke rumah sakit atau tempat perawatan,” jelasnya.
Sementara, jika ditemukan jemaah mengalami gangguan mental, maka direkomendasikan harus masuk rumah sakit jiwa misalnya di Arab Saudi, itu nanti akan Dibadalkan atau digantikan ibadahnya oleh pemerintah.
“Artinya kemungkinan-kemungkinan ini sudah di antisipasi, kalau kemungkinan misalnya ada yang memang sakit jiwa dan sebagainya kemudian jadi komitmennya pemerintah Indonesia melalui PPH Arab Saudi, melalui Kementerian Agama, termasuk komitmen yang sudah dibangun dalam pemerintahan Arab Saudi tidak ada jamaah yang tidak terlayani dengan baik,” tutupnya. (era)