Dompu (Suara NTB) – Festival Lakey akan digelar pada 12 – 20 Juli 2025 dan menjadi kalender event Pemerintah Provinsi NTB. Kejuaraan surfing, Gelaran UMKM, Tarian Massal ‘Ou Balumba’, dan Zero Waste menjadi event utama yang diharapkan dapat memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat.
Bupati Dompu, Bambang Fordaus, SE yang meluncurkan Festival Lakey usai upacara Hari Lahir Pancasila di lapangan kantor Bupati Dompu, Senin, 2 Juni 2025 meminta semua pihak ikut menyukseskan event ini. “Saya berharap seluruh elemen masyarakat untuk dapat mendoakan, mensukseskan, dan mendukung sepenuhnya pelaksanaan Festival Lakey 2025 ini,” ucap Bupati Dompu yang diikuti dengan menekan sirine tanda diluncurkannya Festival Lakey 2025.
Festival dengan tema ‘Inspiring of Lakey’ ini ada 4 event utama di dalamnya. Yaitu Kejuaraan surfing yang akan dilaksanakan pada 17 – 19 Juli, Gelaran UMKM yang menjadi bagian dari Lakey Expo. Termasuk di dalam Lakey Expo yaitu festival Timbu, Lakey Coffee Sunset, dan Lakey Fashion Show. Untuk gelaran UMKM ditargetkan akan menghadirkan minimal 200 UMKM se Kabupaten Dompu. Berikutnya Tarian Massal ‘Ou Balumba’.
Tarian massal ini ‘Ou Balumba’ ditargetkan akan mencatatkan rekor MURI dengan jumlah peserta 15 ribu orang. Tarian ini akan ditampilkan pada final kejuaraan surfing 19 Juli. Keesokan harinya akan dilaksanakan kegiatan edukasi dan Gerakan Zero Waste di Pantai Lakey. “Untuk kegiatan Zero Waste akan didukung oleh Pegadaian Pusat,” kata Miftahul Su’adah, ST., staf ahli Bupati yang menjadi tim Festival Lakey yang diketuai Sekda Dompu ini.
Festival Lakey sendiri ditargetkan untuk memperkuat posisi Lakey sebagai destinasi Selancar unggulan Dunia dan mengembangkan industry pariwisata daerah. Event ini merupakan kolaborasi pemerintah pusat, provinsi dan daerah.
Ketua PSOI Dompu, Muhammad Ali usai peluncuran Festival Lakey di kantor Bupati mengharapkan, moment ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang ada bagi kemajuan pariwisata daerah. Akibat monopoli angkutan transportasi udara ke bandara Bima, patokan harga bagi pengunjung pun cukup tinggi. Peselancar dikenakan biaya berlebih untuk dirinya dan papan selancar ketika naik pesawat.
“Peselancar yang membawa papan surfing dikenai tarif tersendiri papan selancarnya. Tarifnya Rp.1 juta per papan dari Bali – Bima. Kalau transit di Lombok dikenai lagi tambahan Rp.1 juta per papan,” uangkap Ali.
Ia pun mendorong pemerintah untuk membangun konektivitas jalur transportasi Bima – Labuhan Bajo. Sehingga akan memberi keuntungan tersendiri bagi Dompu yang diapit oleh 2 destinasi super prioritas nasional yaitu Mandalika Lombok dan Labuhan Bajo NTT. “Moment Festival Lakey ini bisa dimanfaatkan untuk membuka konektivitas ini dalam rangka meningkatkan kunjungan wisatawan ke daerah kita,” harap Ali. (ula)