Menjelang Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran 2025/2026, Ketua Komisi IV DPRD Kota Mataram, Hj. Zaitun, SH., mengimbau masyarakat agar tidak terpaku pada mindset “sekolah favorit”. Menurut dia, seluruh sekolah negeri di Kota Mataram memiliki kualitas pendidikan yang setara, baik dari sisi tenaga pendidik maupun sistem pengelolaannya.
Zaitun menyatakan bahwa anggapan tentang sekolah favorit sejatinya hanya terbentuk dari persepsi masyarakat itu sendiri, bukan dari kebijakan pemerintah. “Sebenarnya tidak ada istilah sekolah favorit dalam sistem pendidikan kita. Semua sekolah sama saja. Itu hanya label yang berkembang di masyarakat,” ujarnya kepada Suara NTB melalui sambungan telepon, Senin, 2 Juni 2025.
Politisi Partai Golkar ini menjelaskan bahwa kualitas pendidikan di seluruh sekolah negeri di Kota Mataram relatif merata. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin pemerataan tersebut adalah dengan melakukan rotasi atau rolling terhadap guru dan kepala sekolah secara berkala.
“Gurunya di-rolling, kepala sekolahnya juga di-rolling. Ini bentuk penyegaran agar kualitas mengajar tetap terjaga dan merata,” tambahnya. Meski demikian, Zaitun mengakui bahwa tantangan terbesar dalam pemerataan pendidikan saat ini masih terletak pada ketersediaan dan kesenjangan fasilitas pendidikan antara sekolah yang berada di pusat kota dan sekolah-sekolah di daerah pinggiran.
“Pemerataan fasilitas ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Namun secara kualitas SDM, semua sekolah memiliki potensi yang sama,” jelasnya.
Zaitun juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memaksakan anaknya bersekolah di sekolah-sekolah yang berada di tengah kota, hanya karena anggapan sekolah favorit tersebut. Apalagi, sistem zonasi dalam SPMB tetap diberlakukan dengan mempertimbangkan jarak tempat tinggal siswa dengan sekolah.
“Kita ingin anak-anak bersekolah di lingkungan tempat tinggalnya sendiri. Ini akan mempermudah akses dan juga memperkuat pemerataan pendidikan di seluruh wilayah Kota Mataram,” tegasnya.
Dengan sistem ini, diharapkan tidak terjadi penumpukan peserta didik di sekolah-sekolah tertentu saja, sementara sekolah lain kekurangan siswa. Anggota dewan tiga periode ini berharap masyarakat dapat lebih bijak dan memahami bahwa kualitas pendidikan tidak hanya bergantung pada lokasi sekolah, melainkan juga pada semangat belajar dan dukungan lingkungan sekitar. (fit)