spot_img
Jumat, Juni 20, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEKLU Bangun Posyandu Stunting

KLU Bangun Posyandu Stunting

KABUPATEN Lombok Utara (KLU) menjadi kabupaten paling tinggi angka stunting di NTB yakni mencapai 35 persen. Dengan tingginya angka stunting tersebut, Pemerintah KLU gencar membangun posyandu stunting.

Bupati KLU, H. Dr. H. Najmul Akhyar, S.H., M.H., ditemui di Mataram mengatakan, pembangunan Posyandu Stunting merupakan langkah konkret Pemerintah Daerah untuk menurunkan jumlah stunting di KLU. “Posyandu stunting yang kita buat di Lombok Utara dan itu saya masukkan di dalam perencanaan pembangunan (daerah),” katanya, Rabu 4 Juni 2025.

Disebutkan, jika posyandu biasa menemukan masyarakat yang terindikasi stunting, maka Posyandu Stunting akan segera menanganinya. Misalnya di satu daerah itu ada 7 atau 8 orang anak stunting maka besoknya itu disusul (untuk ditangani) oleh tim posyandu stunting. Yaitu tim yang khusus mengurus stunting itu saja, jelas Najmul.

Untuk berapa jumlah pasti Posyandu Stunting yang akan dibangun, Najmul menyebut tergantung berapa jumlah masyarakat yang terindikasi atau terkena. Namun, yang pasti setiap dusun di KLU akan dibangunkan Posyandu Stunting. “Pokoknya kami sangat serius untuk menyelesaikan stunting,” ujarnya.

Najmul menjelaskan, angka stunting yang tinggi di KLU merupakan faktor dari kemiskinan yang juga tinggi. “Itu menjadi faktor,” jelasnya.

Kendati KLU menjadi daerah dengan angka stunting yang tinggi, akan tetapi penurunan jumlah kasusnya juga terbilang tinggi. “Saya lupa berapa persen penurunannya. (Tapi) masih sedikit sekarang itu,” pungkasnya.

Diketahui, berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) angka stunting di NTB meningkat. Di mana pada 2023 angka stunting di NTB sebesar 24,6 persen. Lalu, pada 2024 menjadi 29,8 persen. Meningkat sekitar 5,2 persen.

Adapun kabupaten yang menyumbang angka tertinggi stunting merupakan Kabupaten Lombok Utara (KLU) sebesar 35 persen. Disusul Lombok Timur 33 persen. Kemudian Kabupaten Sumbawa 29 persen. Kabupaten Bima 28,4 persen. Kota Mataram 23 persen, dan Kabupaten Dompu 19,8 persen.

Kepala Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTB, Dr. Lalu Makripuddin, M.Si., mengungkapkan banyak faktor yang menjadi penyebab meningkatnya angka stunting tersebut. Pertama, tidak tercapainya target data-data terkait stunting.

Remaja putri yang mendapat tablet tambah darah, ibu hamil yang mendapat tablet tambah darah kelihatannya tidak tercapai, jelasnya.

Selain itu, kemiskinan ekstrem juga menjadi salah satu biang kerok meningkatnya angka stunting di NTB. Menurut Makripuddin, tiga dari 10 balita stunting berasal dari keluarga miskin ekstrem.

Kemudian ada banyak faktor lain yang menyebabkan. Tapi mungkin pernikahan dini kita juga tinggi. Karena ini tentu berpotensi melahirkan stunting, tandasnya. (sib)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -










VIDEO