Tanjung (Suara NTB) – Petani 4 dusun yang tergabung dalam Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) Subak Lekok, Desa Gondang, Kabupaten Lombok Utara (KLU), khawatir Bendung Lekok yang terletak di Dusun Todo, Desa Bentek, amblas. Jika kekhawatiran itu terjadi, dampaknya puluhan hektare lahan petani di wilayah Dusun Lekok dan Dusun Karang Kates terancam tak bisa ditanami.
Ketua P3A Subak Lekok, Aenun Pajri, mengatakan kondisi Bendung Subak Lekok sudah sangat mengkhawatirkan. Di mana, pada pondasi tengah bentang Bendung, berlubang akibat abrasi. Setiap tahun saat musim hujan tiba, lebar lobang pada pondasi semakin bertambah dan memicu kekhawatiran air tak terbendung dan terbuang ke laut.
“Ada 90 hektare lahan petani sawah yang bergantung pada Bendung Subak Lekok. Kami sudah melapor ke PU, beberapa kali dijanjikan perbaikan, tapi belum terealisasi,” ungkap Pajri.
Untuk diketahui, Pajri selaku Ketua Subak Lekok dan beberapa petani Anggota Subak Lekok, ikut hadir saat reses anggota Fraksi Golkar DPRD KLU, M. Indra Darmaji Asmar, ST., pekan lalu. Pada momen itulah, ia kembali menyuarakan agar kondisi Bendung Lekok di Dusun Todo, ditangani secara serius.
Ia menjelaskan, petani anggota Subak Lekok, diliputi kegelisahan setiap tahun, terutama pada musim hujan. Sebab, derasnya arus air dapat memperparah kerusakan pada struktur pondasi Bendung. Saat ini saja, petani setiap tahun bergotong-royong melakukan perbaikan seadanya.
Ia menyambung, petani Subak Lekok termasuk petani penyumbang ketahanan pangan daerah. Dalam periode 1 tahun masa tanam, petani menanam padi 2 kali, diselingi tanaman palawija 1 kali.
“Kalau Bendung Subak Lekok tidak diperbaiki, kami tidak bisa tanam padi. Kami minta kepada Pak Dewan (M. Indra Darmaji), tolong masalah ini dikawal,” pintanya.
Kerusakan pada struktur pondasi Bendung, dikuatkan oleh Ketua P3A Pelopor – Gondang, Rusmaidi. Diakuinya, pihaknya tetap berkoordinasi dengan P3A Subak Lekok ketika terjadi kerusakan atau menyangkut gotong royong saluran irigasi petani.
Selaku Ketua P3A, dirinya juga ikut mendorong agar perbaikan segera dilakukan. Mengingat kedalaman awal Bendung sekitar 4 meter, kini tersisa sekitar 2 meter karena adanya elevasi akibat timbunan material.
“Kalau petani di Lekok gagal tanam, kerugiannya akan berdampak besar. Dengan 1 hektare menghasilkan 8 ton per tahun dikali 2 kali musim tanam, maka 1440 ton padi yang hilang. Ketahanan pangan daerah tentu terganggu,” tandasnya. (ari)