Mataram (Suarantb.com) — Universitas Nahdlatul Wathan Mataram terpilih menjadi tuan rumah acara edukatif bertajuk “Digital Smart Youth: Remaja Cemerlang Ahli Fintech Digital”, sebuah inisiatif literasi keuangan digital yang menyasar mahasiswa sebagai garda depan literasi ekonomi masa depan. Acara ini menghadirkan tiga platform dan narasumber berpengalaman di industri teknologi finansial (fintech).
Minerva Agustiani – Operation Director Adapundi (PT Info Tekno Siaga) dalam sesi talkshow mengatakan “Remaja digital saat ini adalah decision maker masa depan. Literasi keuangan adalah pondasi utama agar mereka dapat mengelola risiko dan membangun kesejahteraan dengan bijak.”
Yoga Mahesa – CEO Lumbung Dana (PT Lumbung Dana Indonesia) juga menambahkan “Fintech bukan sekadar aplikasi, tapi ekosistem solusi. Anak muda harus menjadi subjek aktif dalam inovasi digital, mereka bisa menjadi pelopor solusi keuangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Benedict Jessie – Legal and Compliance Manager TrustIQ (PT Trust Teknologi Finansial) menutup talkshow dengan menyatakan “Memahami regulasi dan perlindungan konsumen di sektor fintech adalah kunci agar generasi muda tidak terjebak, namun justru mampu mengembangkan potensi ekonomi digital.”
Ketiganya tidak hanya berbagi wawasan seputar keamanan bertransaksi digital, regulasi fintech, dan transformasi teknologi dalam dunia pinjaman daring, tetapi juga aktif dalam sesi dialog interaktif bersama mahasiswa Universitas Nahdlatul Wathan Mataram. Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan, narasumber juga hadir dalam program on-air edukasi publik di Radio Global FM Lombok, Kamis, 12 Juni 2025 pukul 09.00–10.00 WITA, membahas peran generasi muda dalam era ekonomi digital serta bahaya dan etika penggunaan layanan fintech.
Tingkat literasi keuangan di wilayah Mataram masih berada di bawah rata-rata nasional.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan nasional pada 2022 mencapai 49,68%, sedangkan inklusi keuangan mencapai 85,10%. Di Nusa Tenggara Barat, kesenjangan antara pemahaman dan penggunaan layanan keuangan digital masih menjadi tantangan utama. Oleh karena itu, kehadiran edukasi langsung seperti ini sangat krusial untuk menumbuhkan generasi yang cakap dan cerdas secara finansial.
Untuk menghilangkan stigma negatif yang melekat pada pinjaman online atau “pinjol”, istilah ini kini disarankan untuk diganti menjadi PINDAR (Pinjaman Daring yang Aman dan Responsif). Langkah ini merupakan bagian dari strategi komunikasi yang lebih sehat dan edukatif terhadap masyarakat.
Hingga saat ini, tercatat ada 96 penyelenggara fintech peer-to-peer lending yang terdaftar dan berizin di OJK, menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam sektor keuangan digital Indonesia. (r)