Mataram (Suara NTB) – Instruksi Presiden (Inpres) No. 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja negara dan daerah semakin berdampak signifikan terhadap sektor pariwisata di Kota Mataram. Salah satu sektor yang paling merasakan imbasnya adalah industri perhotelan.
Tingkat hunian hotel di Kota Mataram terus menurun sejak awal tahun 2025. Imbasnya, lebih dari 1000 pekerja kontrak dan harian di sejumlah hotel diberhentikan sementara akibat sepinya aktivitas dan tidak adanya event.
Ketua Asosiasi Hotel Mataram (AHM), I Made Adiyasa Kurniawan, mengungkapkan bahwa saat ini hampir seluruh hotel, baik berbintang maupun non bintang, mulai melakukan pemberhentian sementara karyawan akibat sepinya kegiatan pemerintah yang selama ini menjadi salah satu penopang utama okupansi.
Dengan sepinya hunian hingga event pemerintah pun tidak ada, akibatnya yang sudah terjadi di Kota Mataram ialah karyawan kontrak sudah tidak diperpanjang (lagi). Karyawan yang daily juga sudah nggak dipanggil lagi. “Semua hotel sudah melakukan itu (memberhentikan para karyawan imbas efisiensi),” ujarnya saat dikonfirmasi di Mataram, Kamis, 12 Juni 2025.
Adiyasa menjelaskan, tenaga kerja yang terdampak umumnya adalah pekerja kontrak dan daily worker, yang biasanya dipekerjakan saat hotel menerima tamu dalam jumlah besar atau saat ada penyelenggaraan event.
(Kalau sebut angka) ada 1.000 daily worker sama pekerja kontrak (yang diberhentikan imbas efisiensi). “Mereka ini merupakan tenaga-tenaga berpendidikan kualifikasi pariwisata, misalkan housekeeping, food product, food service yang sudah jobless,” sebutnya.
Ia menambahkan, pemberhentian ini tidak bisa dikategorikan sebagai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena sifat hubungan kerja yang kontraktual. Istilahnya diberhentikan sementara. “Kita sangat berharap ada aktivitas (di hotel), entah itu aktivitas wisata pemerintah, atau wisata dinas. (Intinya) mereka (bisa) difungsikan lagi,” jelasnya.
Dari catatan AHM, tingkat hunian hotel di Kota Mataram sejak awal 2025 terus menunjukkan tren penurunan. Saat ini, per Mei 2025 tingkat okupansi bahkan tidak mencapai 30 persen. Padahal pada Mei tahun lalu, angka hunian masih berada di kisaran 5060 persen.
Tingkat okupansi 30 persen ini, semakin menurun dibandingkan pada April 2025 lalu yang tercatat sebesar 45 persen. Bahkan, disebutkan bahwa saat libur panjang dalam dua pekan terakhir pun tidak terjadi peningkatan okupansi.
Ini faktornya (anjloknya okupansi hotel di Mataram) karena tidak ada event (sama sekali). Ini mulai dari awal tahun. Biasanya di triwulan pertama angkanya naik, tapi di awal tahun ada Ramadan. “Kita awalnya berharap bulan ke empat, lima dan enam bisa naik (okupansinya), tapi bulan ke empat naiknya sedikit ,” ujarnya.
Adiyasa menilai penurunan ini murni disebabkan oleh kebijakan efisiensi yang diatur dalam Inpres No. 1 Tahun 2025. “Saya bilang efisiensi ini lah sebabnya, karena total langsung tiba-tiba hilang (event-event yang biasanya ramai jadi auto sepi),” katanya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan harapan agar pemerintah daerah dapat mengalokasikan sebagian anggaran untuk kegiatan yang melibatkan sektor akomodasi di Kota Mataram.
Besar harapan kita, Pemprov NTB, Pemkot Mataram bisa menyisihkan anggaran untuk berkegiatan di sektor akomodasi. Supaya ada sebaran anggaran yang kita terima. “Kalau seperti sekarang nyaris nggak ada, bahkan (yang harusnya) liburan anak sekolah (ramai tapi malah) ada arahan dilarang mengadakan study tour dan wisuda di hotel. Sudah kemana-mana ini (dampak efisiensi),” tandasnya.(hir)