Sumbawa Besar (Suara NTB) – Satu dari 14 jenis mangrove yang langka di dunia, yaitu jenis Ceriop decandra ditemukan tumbuh subur di salah satu hutan mangrove di Nanga Sira, Desa Penyaring, Kecamatan Moyo Utara, Sumbawa, Jumat, 20 Juni 2025.
Bahkan jenis vegetasi mangrove dari familia Rhiophoraceae ini ditumbuh berlimpah di hutan Mangrove di wilayah tersebut. Mangrove jenis Ceriop decandra atau yang dikenal dengan nama Bido-bido, tenggar atau tingi ini termasuk Red List dari International Union for Conservation of Nature (IUCN).
“Mangrove ini sudah berstatus Critically Endangered (CR) atau terancam punah sehingga mendapat prioritas konservasi agar tidak punah,” kata Hermawan Some founder Komunitas Nol Sampah yang juga Ketua Konsursium Rumah Mangrove Surabaya, kepada wartawan, Jumat, 20 Juni 2025.
Ia pun melanjutkan, penyebab jenis mangrove ini terancam punah karena habitat yang hilang, perubahan iklim dan aktivitas manusia. Batang mangrove jenis Ceriop memang diketahui sangat kuat sehingga banyak ditebang untuk tiang rumah.
“Luas hutan mangrove di Nanga Sira mencapai 80 hektare dengan jumlah tanaman mangrove yang sangat bervariasi,” ucapnya.
Meski mngrove jenis Ceriop Decandra ini ditemukan dalam jumlah cukup melimpah, namun tetap memerlukan upaya konservasi. Ia pun berharap agar pemerintah bisa memberikan perhatian serius agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dan punah.
“Perlu dilakukan upaya konservasi agar jenis mangrove tersebut tetap tumbuh dan terjaga. Hutan mangrove Pulau Nangan Sira menjadi kawasan ekowisata bisa menjadi solusi untuk mendukung upaya konservasi,” ujarnya.
Ia melanjutkan, menjaga dan melestarikan hutan mangrove sangat penting karena hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yang tidak bias digantikan oleh apapun. Keberadaan hutan mangrove dapat mencegah abrasi dan intrusi air laut.
“Hutan mangrove juga bisa meredam terjangan ombak tsunami dan penghasil oksigen yang berlimpah tujuh kali lebih banyak dari hutan lainnya,” tambahnya.
Selain jenis Ceriop decandra, di hutan mangrove Pulau Nanga Sira tumbuh beragam jenis mangrove, ada mangrove sejati dan mangrove asosiasi. Mangrove sejati adalah jenis mangrove yang hidup di daerah yang dipengaruhi pasang surut.
“Mangrove sejati yang ditemukan antara lain, Avicenia alba, Avicenia Marina, Avicenia ocifinalis, Soneratia Alba, Ceriop decandra, Ceriop tagal, Xylocarphus illicifolis, Xylocarphus mollucocensis, Aegiceras floridum, Achanthus (jeuruju), Excoecaria algallocha (kayu buta), Lumnitsera racemose, Deris trifolia dan Rhizophora mucronata,” tambahnya.
Selain itu di Hutan mangrove Pulau Nanga Sira yang merupakan delta sungai ini adalah dtemukan beberapa jenis satwa liar, antara lain Monyet Ekor Panjang dan beberapoa jenis burung. Terlihat ada beberapa jenis burung pemakan serangga dan burung Raja Udang.
“Menjaga dan melindungi hutan mangrove juga berarti menjadi habitat bagi satwa liar. Ada 4 prinsip Ekowisata, yaitu Konservasi, pemberdayaan masyarakat local, edukasi dan ekonomi berkelanjutan,” tukasnya. (ils)