Mataram (Suara NTB) – Bank Indonesia (BI) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengembangkan 250 hektar demplot padi varietas unggul Gamagora 7 sebagai langkah strategis menekan inflasi pangan, khususnya dari komoditas beras.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Andhi Wahyu Riyadno, menjelaskan bahwa pengembangan padi varietas Gamagora 7 merupakan bagian dari intervensi sektor hulu untuk menjaga stabilitas harga pangan. Varietas ini dikembangkan bersama peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM). “Gamagora 7 ini dikenal sebagai varietas ‘amphibi’ karena mampu tumbuh baik di lahan kering maupun basah. Dari uji coba demplot di Lombok Tengah, produktivitasnya mencapai 10 ton per hektar, dua kali lipat dari rata-rata nasional,” ujar Andhi.
Pada tahun 2025, BI NTB menargetkan pengembangan demplot seluas 250 hektar yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Benih akan disalurkan secara gratis kepada petani dan pondok pesantren yang memiliki unit usaha pertanian. “Kami tidak hanya menyasar kelompok tani, tetapi juga pesantren. Harapannya, mereka bisa mandiri secara pangan,” tambahnya.
Selain itu, program ini juga menjadi respons terhadap keluhan petani terkait tingginya harga pupuk dan pengurangan subsidi. Oleh karena itu, pola tanam yang dikembangkan bersifat semi organik, dengan mengedepankan penggunaan pupuk organik untuk menjaga kesuburan tanah dan menekan biaya produksi. “Ini adalah model pertanian berkelanjutan. Hasil panennya bisa dijadikan benih unggul untuk musim tanam berikutnya, dan kami akan terus melakukan pengawasan kualitas bersama UGM,” jelas Andhi.
Beras diketahui menjadi salah satu penyumbang utama inflasi di NTB, terutama saat terjadi gangguan pasokan dan distribusi. Dengan memperkuat produksi di tingkat petani, BI NTB berharap dapat menstabilkan pasokan dan menekan gejolak harga. “NTB ini lumbung padi nasional, tapi ironisnya, beras juga jadi sumber inflasi. Kami sedang menghitung sejauh mana dampak demplot 250 hektar ini terhadap pengendalian inflasi daerah. Yang pasti, ini langkah konkret dan berbasis data,” tegasnya. (bul)