Mataram (Suara NTB) – Qashiratut Tharfi Paranata atau Atut, bocah Sekolah Dasar (SD) asal NTB menjadi salah satu perwakilan Indonesia di World International Mathematics Olympiade (WIMO) 2026 di Shenzhen, China. Keberhasilan tersebut, Atut capai setelah menyabet dua medali emas pada perhelatan matematika tingkat dunia lainnya.
Ibu Atut, Evi Diansari pada Rabu, 24 September 2025 mengatakan, sebelumnya Atut sudah mengikuti tiga olimpiade matematika tingkat dunia yakni International Mathematics Olympiade (IMO) 2025, Big Bang Competition (BBC) 2025, dan Hong Kong International Mathematics Olympiade (HKIMO) 2025.
Dari tiga ajang matematika internasional itu, Atut berhasil menyabet dua medali emas dan satu medali bronze. Dengan catatan tersebut, saat ini Atut sudah mengoleksi 19 medali (emas, silver, bronze) dan dipastikan akan mengikuti ajang matematika paling bergengsi di dunia yakni WIMO yang akan diselenggarakan di Shenzhen, China tahun depan.
Keikutsertaan Atut di ajang WIMO 2026 adalah kali pertama baginya. Dalam ajang kelas dunia tersebut nantinya, Atut akan bersaing dengan seluruh anak di penjuru dunia dan berjuang untuk mengharumkan nama Indonesia dan NTB.
“Kalau yang kemarin finalnya di tiga lomba itu masih dia memakai dua bahasa. Ada (bahasa) Inggris dan Indonesia. Informasi yang saya dapat kalau nanti WIMO-nya itu semua sudah full Inggris” jelas Evi.
Dengan jenis dan model soal yang sedikit berbeda dari olimpiade-olimpiade sebelumnya, menjadi tantangan bagi Atut. Sebab, pada ajang sebelumnya, Atut terbiasa menjawab soal dalam dua bahasa sekaligus yakni Inggris dan Indonesia.
“Mungkin sekarang mulai persiapan dia. Pertama, membiasakan ke soal yang memang full (bahasa) Inggris,” tuturnya.
Gelaran WIMO 2026, Shenzhen, China akan berlangsung selama dua hari yakni pada 3-4 Januari 2026. Atut, akan berangkat dari Lombok ke Jakarta pada Kamis (1/1/2026) dan pada hari berikutnya lepas landas ke China.
Untuk biaya keberangkatan, Evi mengaku menggunakan dana sendiri. Ia menyebut, total biaya transportasi dan akomodasi pulang pergi dari NTB ke China menghabiskan dana sebesar Rp 30-an juta.
“Dari pembiayaan sejak penyisihan, final, ataupun besok akan berangkat itu sejauh ini kami mandiri,” sebutnya.
Evi berharap, dengan semua perjuangan yang diupayakannya selama ini, Atut dapat memberikan hasil terbaik. “Memang kami mengharapkan yang terbaik, tapi apapun nanti hasilnya itu sudah kehendakNya. Tetapi, dalam waktu dua bulan ini kami akan berusaha untuk mempersiapkan diri,’’ ujarnya. (sib)

