Selong (Suara NTB) – Pertumbuhan ekonomi Lombok Timur (Lotim) secara year on year (y to y) merosot. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi secara y to y triwulan I tahun 2025 5,45 menurun triwulan II tahun 2025 ini menjadi 3,87 persen,
Kepala BPS Lotim, Sri Endah Wardanti Ketika dikonfirmasi Suara NTB mengatakan, hal itu terjadi karena sektor pertanian sebagai penopang utama ekonomi Lotim belum banyak panen pada bulan Maret.
Semua daerah terlihat mengalami perurunan. Bahkan ada yang minus. Seperti Kabupaten Sumbawa Barat yang minus 18,38 persen pada triwulan II 2025 ini. Termasuk Provinsi NTB yang sebelumnya pada triwulan I minus 1,43 dan triwulan II masih minus 0,82.
Dilihat berdasarkan perbandingan data per kabupaten/kota se NTB, pertumbuhan ekonomi Lotim cukup positif dan menduduki peringkat ketiga. Tertinggi 4,34 diperoleh Kota Mataram, karena pariwisata. Menyusul KLU dengan 4,01 baru kemudian Kabupaten Lotim.
Struktur ekonomi Lotim masih didiminasi sektor primer. Pembentuk utama Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Lotim ini adalah sektor pertanian yang diketahui memiliki sumbangan tertinggi mencapai 27 persen.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lotim, H. M. Juaini Taofik Ketika dikonfirmasi terpisah meyampaikan ekonomi Lotim sejauh ini masih dalam kondisi stabil. Melihat data BPS tersebut, kata Sekda memang diperlukan kerja keras untuk meningkatkan ekonomi daerah.
Sekta meyakinkan, memasuki triwulan ketiga nantinya pertumbuhan ekonomi Lotim diyakini akan jauh lebih baik. Pasalnya, sektor pertanian akan banyak bergerak. Seperti tanaman tembakau pada triwulan ketiga ini merupakan masa panen. ”Kita optimis bisa di angka 5,” ungkapnya.
Walaupun saat ini tembakau dari sisi harga terjadi penurunan tapi sejauh ini telah mampu menggerakkan ekonomi masyarakat. “Harga tembakau memang menurun tapi terus ada upaya untuk pembeli pasti akan tingkatkan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya lagi.
Sekda mengaku ia mendapat informasi sudah mulai gudang-gudang tembakau membeli daun yang kualitas rendah. “Yang low grad sudah mulai dibeli, jadi kalau sudah dibeli maka dipastikan petani tidak merugi,” imbuhnya. (rus)


